Seperti biasa, awal tahun kami awali dengan berpetualang dan seperti biasa pula selalu diawali dengan kepala mumet dengan berbagai hal menjelang berpetualang. Kebiasaan kami menjelang berpetualang adalah berdiskusi, mau kemana kita tahun ini ? Pertanyaan sederhana tapi bikin mumet, akhirnya pilihan jatuh ke Myanmar. Kenapa Myanmar ? Jawaban pastinya sih pengen aja, jawaban rada ilmiahnya…ya pengen aja…haha. Beberapa kenalan dan bahkan ortu saya bertanya, ada apa sih disana? Memangnya bagus? Hmmm…ada apa ya disana, laa belum tahu juga… kan belum kesana. Terus bagus gak ya, ya belum tahu juga kan belum liat…hehe. Bagi kami segala sesuatu itu relatif, selera aja. Nah kebetulan kami lebih suka memilih alternatif lain dengan perspektif yang berbeda dari kebanyakan orang 🙂
Setelah ok masalah tujuan, beli tiket, booking hotel, siapkan backpack…dan berangkat. Eits belum, seperti biasa lagi nih rutinitas menjelang berpetualang adalah krucil sakit. Sulung kami demam semingguan…bolak balik ke dokter alhamdulillah akhirnya sembuh, giliran bungsu batuk, lalu balik lagi sulung batuk lalu giliran ayah….aaahhh pusing. Ditambah lagi ayah disuruh job padahal satu hari menjelang hari H…aahhhh tambah pusing. Saat ijin ke sekolah untuk meliburkan krucil, eh baru dapat info kalau minggu depan UTS…what?! Kan kalender akademiknya aman-aman aja tanggal segitu…ahhh pusing pangkat tiga. Seakan belum cukup, giliran si bunda bisulan…eh bisulnya parah pula sampai susah jalan dan duduk…hahaha…parah banget deh kemumetan menjelang berpetualang, gak elit pula si bunda pakai acara kena bisul wkwkwkwk….
# Menuju KLIA2, Kuala Lumpur (Malaysia), 2 Maret 2016 #
Alhamdulillah, semua masalah clear sehari sebelum berangkat. Semua sehat, siap berpetualang. Sip, markimon (mari kita kemon). Dari rumah naik taxi ke bandara. Taxi bandara sekarang mahal…70rb padahal jaraknya seuprit TT
Kami naik pesawat 11.50 dan tiba di Kuala Lumpur sekitar 14.30. Seperti biasa hotel kesukaan kami kalau transit di KL adalah Tune Hotel yang masih dilingkungan bandara, supaya memudahkan kami keesokan harinya. Sehari sebelum berangkat kami coba booking hotel di agoda, ternyata penuh…ah jadi pusing lagi deh. Untung pas buka website Tune, masih ada kamar kosong. Kelebihan nginap di hotel area bandara adalah setelah landing kami bisa santai-santai dulu di bandara, makan dulu. Setelah perut kenyang, hati senang, langkah pun terasa ringan.
Jalan kaki ke hotel, check in…duh tuh lobby penuh orang. Penuh dengan rombongan-rombongan, ada rombongan travel orang Indonesia yang mau ke Europe, ada juga rombongan satu pesawat dari China. Pantesan waktu booking di website kehabisan kamar. Sekarang saatnya istirahat…eh gak bisa istirahat juga, krucil bolak balik ngajak ke seven eleven untuk beli komik upin ipin dan beli cemilan.
# Menuju Yangon (Myanmar), 3 Maret 2016 #
Subuh-subuh saya dan ayah bangunin krucil. Pesawat kami ke Yangon jam 06.55, boarding sekitar 06.15, belum lagi urusan imigrasi …akhirnya sekitar jam 05.00 subuh, kami keluar hotel menuju bandara…hiii masih dingin. Jam 5 subuh waktu Kuala Lumpur (KL) itu sama dengan jam 4 subuh waktu Jakarta, sebenarnya KL dan Jakarta satu waktu, cuma KL menyamakan jam dengan Sabah di Kalimantan. Jadi ketika jam menunjukan 5 subuh waktu KL sebenarnya masih jam 4 subuh.
Krucil begitu bangun cuma ganti celana dan cuci muka, untung mereka sudah terbiasa dengan jadwal petualangan yang tidak biasa…hehe. Kelar urusan imigrasi, masuk ke gate….nah baru deh disini nunggu waktu azan subuh, karena perbedaan waktu yang membingungkan itulah alasan kenapa waktu sholat subuh di KL sekitar jam 6 pagi. Kalau berpetualang ke negara Asia lain biasanya setidaknya ruang tunggu terisi minimal 30%nya dengan turis, laa ruang tunggu tujuan Yangon ini cuma segelintir aja turisnya. Kami berempat, sepasang bule sepuh, dan seorang bule…sisanya ya orang Myanmar.
Lama perjalanan sekitar 3 jam dengan perbedaan waktu antara Kuala Lumpur dan Yangon sekitar 1,5 jam. Pesawat tujuan Yangon ini penuh banget, sehingga ketika kami beli tiket gak bisa milih-milih tempat duduk yang satu deret, akibatnya tempat duduk kami terpencar-pencar…krucil 7A dan 7B, saya 7D, ayah 21F. Begitu masuk pesawat, saya duduk dulu di kursi sebelah krucil, kemudian datang seorang pria Myanmar menunjuk kursinya. Saya minta tukar karena ada krucil, dia pun setuju…duh leganya.
Oh ya, saya sempat baca blog traveler yang pernah ke Yangon tentang penumpang memainkan HP di pesawat, saya kira itu cuma cerita lucu-lucuan aja…eh ternyata kami alami sendiri. Di ruang tunggu bandara tujuan Yangon saya memperhatikan hampir 80% calon penumpang memainkan HP, Hpnya kebanyakan keluaran terbaru. Nah begitu naik pesawat saya berharap penumpang yang main HP di ruang tunggu tersebut mematikan HPnya, tapi ternyata mereka masih aja asik main HP, ada yang masih telp-telpan sambil cekikikan, ada yang dengarin musik, ada yang main game, ada juga yang asik ngecek sms.
Tabahkan hati, semoga begitu mau take off tuh HP dimatikan, minimal airplane mode, disimpan dalam tas. Bujubune, itu sampai mau take off, pesawat sudah run di landasan masih asik main HP walau pramugari sudah ngingatin…arrrghhh saya jadi stress sendiri ngeliatnya. Bahkan pria baik hati yang bertukar kursi dengan saya masih main HP, akhirnya saya panggil si masnya, matiin dong HPnya…eh dia malah ketawa ngeliat tampang saya panik sendiri. Akhirnya HPnya dimasukan dalam tas …hufft bernafas lega kirain HPnya sudah dimatiin, eh ternyata sesaat kemudian masih bunyi-bunyi telp….aarrrggghhh. Itu gak cuma satu, hampir kebanyakan begitu…*pusing pala berbie*..
Begitu tiba di Yangon, kesan saya…bandaranya kecil. Kayaknya kecil, turun pesawat, jalan dikit langsung imigrasi…kemudian gak jauh imigrasi sudah pintu keluar. Penampakannya sih kecil, tapi kayaknya besar karena kalau diliat dari luar sih besar…haha, tahu deh mana yang benar. Sebelum keluar kami nukar uang dulu di Money Changernya…tuh money changer gak mau nerima Dollar kusut. Kalau nukar uang, Dollarnya diliat-liat lecek apa gak, kelipat apa gak…haha.. Ada salah satu Dollar kami yang kelipat dikiiit aja ujungnya, eh gak diterima. Untungnya ada money changer lain yang akhirnya mau nerima tapi harganya berkurang. Di pintu keluar ramai banget dengan orang-orang dan bising.
Kami tidak langsung menuju hotel, di bandara kami nyari kios bis tujuan Bagan. Nanya ke informasi, eh dia bilang bis ke Bagan tuh beli tiketnya di terminal, padahal info dari internet sih ada kiosnya di bandara. Akhirnya nyari-nyari sendirilah kami…eh nemu, nama bisnya JJ. Bis VIP tujuan Bagan dengan harga $22 / orang. Beli untuk 4 orang, eh ternyata gak bisa pesan tempat duduk berdekatan karena hampir penuh. Jadilah saya dan bungsu di deret 3, ayah dan sulung di deret 8, paling belakang. Sip, urusan ke Bagan sudah beres…sekarang tinggal ke hotel. Kemudian kami ke stand taxi bandara, tunjukin alamat hotel…dia bilang tarifnya 10.000 Kyats ke hotel kami berada. begitu hendak bayar eh dikasih tahu kalau bayarnya nanti aja langsung ke supir…lucu juga ya.
Lama perjalanan dari bandara ke downtown (letak hotel kami) itu sekitar 2 jam, macet parah. Begitu sampai hotel, supir menunjukkan hotel kami….ditengah-tengah hiruk pikuk kota, tersembul kecil dan keliatan lusuh…”hah?! Yang bener nih bunda? Gak salah pilih nih?” tanya si ayah dan krucil. Melihat penampakan luarnya terus terang saya kaget juga, tapi saya menutupi dengan suara sok riang gembira dan penuh percaya diri “tenang, dalamnya bagus kok. Jangan khawatir (padahal saya sendiri khawatir…haha)”. Masuklah kami menaiki anak tangga, masuk lobby yang sempit yang penuh dengan ransel-ransel besar dan bule-bule yang asik browsing, sebagian yang lain tidur-tiduran di sofa…waduh, tambah khawatir…reputasi si bunda dimata krucil sebagai pencari hotel terbaik dipertaruhkan. Belum lagi ketika check in ternyata belum boleh masuk kamar karena waktu check in jam 14.00 padahal ketika itu masih jam 11-an.
Setelah pendekatan dari hati ke hati dengan resepsionis, akhirnya boleh juga masuk cepat…yess. Begitu masuk kamar…lumayan banget dong. Si ayah sebelum berangkat memulai petualangan kali ini selalu mewanti-wanti krucil, di Myanmar itu gak ada AC loh, gak ada TV, hotelnya ala kadarnya, gak ada internet, dsb karena negaranya baru terbuka untuk dunia luar… membuat kami memang tidak berekspektasi neko-neko. Jadilah begitu nemu kamar bersih, rapi, ada TV, berAc, free wifi, air mineral botolan di kulkas lobby yang gratis ambil sesuka hati, dan kamar mandi berair panas tuh sesuatu banget. Hal ini semakin mengokohkan reputasi si bunda sebagai pencari hotel terbaik di mata krucil…hehe *lebay mode on*.
Setelah istirahat sebentar, kami menyempatkan ke Bogyoke Market sebelum melanjutkan perjalanan ke Bagan sore harinya. Di Bogyoke hanya sempat beli beberapa cenderamata, cerita selengkapnya baca postingan sebelumnya.
# Menuju Bagan (Myanmar), 3 Maret 2016 #
Siang harinya ketika kami sedang di Bogyoke, mendadak bungsu saya demam. Badannya panas, mukanya memerah, menggigil, dan menangis karena pusing. Ayah yang dari rumah sudah berniat berburu batu di Myanmar, ketika itu sedang sibuk nyari-nyari batu yang memang banyak banget di Bogyoke. Melihat bungsu kami demam, langsung tidak jadi mencari batu dan langsung mengajak kami balik hotel. Diajak balik ke hotel, sulung saya yang giliran manyun, dia belum sempat nyari gantungan kunci dan kartu pos (sulung saya memang koleksi gantungan kunci dan kartu pos berbagai negara). Kami memutuskan memencar, ayah yang paling kuat bertugas menggendong bungsu balik ke hotel, sedang bunda menemani sulung berburu barang koleksinya.
Setelah dapat, langsung balik hotel melihat bungsu sedang tidur berselmut. Demamnya mulai turun karena sudah minum obat penurun demam. Untung dari rumah kami sudah persiapan bawa obat-obatan untuk krucil, termasuk obat demam ini. Kami berembuk apakah stay di Yangon atau tetap melanjutkan rencana sebelumnya, ke Bagan sore itu. Kami putuskan untuk melihat kondisi bungsu menjelang berangkat nanti, kalau masih demam kami tetap stay di Yangon. Alhamdulillah menjelang waktu keberangkatan, bungsu saya semakin membaik…malah mulai main loncat-loncatan lagi di kamar hotel.
Sebenarnya jadwal keberangkatan bis ke Bagan sekitar jam 19.00 malam, tapi bis ini letaknya di terminal bis Aung Mingalar yang letaknya agak jauh dari pusat kota. Ketika beli tiket bis ini, kami sudah diwanti-wanti agar berangkat dari hotel di pusat kota (downtown) paling lambat jam 17.00 karena macet parah sehingga biasanya ditempuh dalam waktu 2 jam. Itu sebabnya sekitar jam 17.00 kami sudah check out dari hotel, naik taxi dengan tarif 8.000 Kyats (lebih murah karena dibantu pihak hotel mencarikan taxi dan nego) ke terminal bis ini.
Seperti yang pernah saya ceritakan, kebanyakan taxi di Yangon tidak menggunakan ac…eh ac sih tapi ac = angin cepoi-cepoi …hehe. Banyangin aja deh gimana serunya naik taxi selama 2 jam tanpa ac di tengah kemacetan parah sambil bentar-bentar melihat supir taxi meludahkan sirih merah-merah di pintu, belum lagi kalau sebelahan dengan bis umum, penumpang bis meludahkan sirih pula ke arah kamu…seru kan? Rasanya mantap, sesuatu banget…haha… itulah yang dinamakan art of traveling 😀
Di taxi ini bungsu saya sampai muntah-muntah, anak saya yang satu ini memang sensitif sama sesuatu yang bau-bau dan gak nyaman. Setiap berpetualang, kami memang biasanya menyimpan kantong muntah pesawat untuk jaga-jaga kalau bungsu kami muntah, diantara sekian banyak petualangan baru kali ini kepake kantong muntah itu. Eh baru tahu kalau kantong muntah itu kalau muntahnya banyak bisa bocor. Arrghhh , sambil megang kantong muntah yang hampir bocor ditengah kemacetan Yangon dan panas yang menyengat, plastik-plastik tempat makanan terlanjur ditaruh di bagasi belakang mobil. Akhirnya ubek-ubek, nemu kresek besar tempat KFC yang dibeli dekat hotel…bongkar dulu deh. Begitu lalu lintas agak lumayan, baru taxi bisa menepi sebentar, supir taxinya langsung turun beliin kantong kresek. Sedang saya ngebongkar tas dibagasi, nyari baju ganti untuk bungsu.
Ketika sampai di terminal bis…terminalnya gede banget. Dan bisnya tersebar-sebar, jadi ada terminal A, B, C, D, dsb yang letaknya lumayan juga kalau jalan kaki. Nah bis-bis ini berkantor di terminal-terminal itu, tergantung jenis bis nya. Nyari terminal bis JJ itu sampai muter-muter, bolak balik. Akhirnya nemu juga tulisan JJ, begitu taxi berhenti depan kantor JJ ini langsung muncul orang yang nanya JJ? Iya, buru-buru dia ngangkatin tas kami.. kirain porter ternyata itu bagian dari servicenya bis ini. Dimasukkan ke dalam ruang tunggu, di data pasportnya, kemudian nunggu deh. Sembari nunggu, ada perempuan berpakaian ala pramugari yang mondar-mandir nawarin kopi panas gratis. Kebanyakan calon penumpang adalah turis berbagai bangsa.
Tidak lama menunggu, bisnya nongol deh. Bis besar yang hanya berisi sekitar 20an tempat duduk, jadi luas banget tuh posisi tempat duduknya. Ini bis termewah selama petualangan kami, tempat duduknya mirip tempat duduk VIP pesawat, ada tempat kaki, ada TV tiap tempat duduk, AC super dingin, minuman, cemilan, selimut, tempatnya super lega dan bersih. Lama perjalanan 8-9 jam (lupa lagi), karena tidak ada toilet dalam bis menyebabkan bis sering berhenti rest area. Selama perjalanan krucil tidur nyenyak, hanya saat awal-awal masuk bis aja mereka bolak balik depan belakang, depan lagi belakang lagi (tempat duduk saya dan bungsu deret tiga sedang ayah dan sulung deret delapan, kedua dari paling belakang), sibuk ngutak ngatik ini itu.
Sekitar jam 4 atau 5 subuh, akhirnya bis berhenti. Saking seringnya bis berhenti di rest area, saya yang waktu itu kebangun jadi ngedumel dalam hati…kok berhenti-berhenti mulu nih, kapan sampainya kalau begini. Eh ternyata pramugari (ya semacam pramugari gitu deh), ngebangunin semua penumpang satu persatu…ditepuk-tepuk tangannya sambil bilang Bagan. Oh sudah sampai rupanya…hehe. Turun bis dalam kondisi ngantuk dan ngelindur (tidak plus iler tentunya), kami diserbu supir-supir taxi. Walau di cuekin, ada supir taxi bertato yang malah mepetin saya….argggh langsung saya tarik krucil ke kantor bis JJ.
Setelah ayah selesai ambil bagasi, barulah ayah nego-nego dengan seorang supir taxi. Dia minta 10.000 Kyats dan akan diantar ke sebuah Pagoda untuk melihat sunrise. Saya langsung tidak setuju, sedang ngantuk gini, capek pula walau sebagus-bagusnya bis tetap aja pegel, masa langsung berkelana. Ogah ah, nyari hotel dulu aja. Kemudian diantarlah kami mencari hotel, setelah sebelumnya diantar ke sebuah pos penjagaan untuk memasuki Bagan. Memasuki kota Bagan ini semua pengunjung diwajibkan membayar 25.000 Kyats / orang. Kami cukup bayar 50.000 Kyats …krucil gratis.
Hotel kami berada di daerah bernama Nyang U, dekat dengan letak Pagoda-Pagoda tersebut. Masuk subuh kena charge dengan hitungan 1,5 hari…haha…meuni kieutu pisan yah. Bayarannya dalam bentuk dollar…haha lagi aja deh. Di Bagan kami hanya sehari, tujuan ke Bagan kan cuma pengen melihat situsnya, jadi ya kami cuma ke situs pagoda tersebut. Untuk cerita tentang pengelanaan kami di Bagan, lihat postingan sebelumnya. Esok paginya kami sudah dijemput oleh pihak bis ke terminal, untuk balik ke Yangon. Sebenarnya banyak kota yang ingin kami kunjungi di Myanmar, namun mengingat kondisi krucil terutama bungsu saya yang sempat demam sehari sebelumnya, kami batalkan petualangan ke Mandalay dan Inle Lake dari plan…lain kali aja deh,kalau kondisi krucil fit.
# Menuju Yangon (Myanmar) Kembali, 5 Maret 2016 #
Keesokan harinya, sekitar jam 7 atau 8 pagi kami dijemput semacam tuktuk ke hotel. Sebelumnya pihak hotel telp ke kamar kami, kami disuruh cepat-cepat ke lantai atas untuk sarapan karena sebentar lagi mau dijemput…haha baru kali ini nemu hotel yang perhatian layaknya seorang ibu. Di tuktuk sudah berisi dua orang bule, begitu naik tuktuk kami dilepas resepsionis yang lambai-lambai tangan di depan hotel. Seru kan, petualangan memang memberi kita banyak manfaat, melihat berbagai hal dan bertemu orang-orang baru. Konon katanya sih one’s destination is never a place, but a new way of seeing things…ceile…*hasil copas di group backpacker*…hehe
Tiba di terminal, bis nya belum ada. Kami naik bis Elite untuk perjalanan balik ke Yangon karena tiket bis JJ sudah habis terjual. Bis Elite nih katanya sih kedua terbaik setelah JJ, harganya lebih murah yaitu sekitar $15 / orang. Kami pesan tiket bis ini di hotel. Begitu sampai terminal urus-urus tiket dan bagasi…kemudian berkelana cari teh hangat karena saya masuk angin. Nyari teh ini susah juga, waktu ke warung depan kantor bis nanya ada tea? eh dia bingung, baiklah…melipir ke warung sebelahnya. Tanya lagi, ada teh? eh malah dikasih piring suruh ambil makanan sendiri…akhirnya peragain pantomim minum…glek glek, sambil nunjuk-nunjuk tulisan di warungnya yang jelas-jelas bertulis sedia teh (tea). Bule yang satu tuktuk sama kami akhirnya membantu mencarikan teh ini, adanya teh mix sachet. Akhirnya si pemilik warung nunjuk-nunjuk ke warung belakangnya…baiklah…melipirlah kami ke warung belakang. Nah baru disini nih ketemu teh poci, minum-minum cantiklah kami disini.
Waktu jalan kembali ke kantor bis, eh bisnya sudah datang bahkan pramugara bis sambil bawa-bawa daftar penumpang dan topi koboi jerami si ayah yang di tinggal di kantor bis nyari-nyari kami yang menghilang…hehe bikin kehebohan aja. Bisnya lumayan bagus sih cuma tempat duduknya standard aja, seperti tempat duduk di bis-bis biasanya bedanya ditiap tempat duduk ada TV juga. Penumpang sedikit, banyak tempat duduk yang kosong dan bis tetap jalan. Wah keren juga nih gak nunggu penuh pikir kami, eh ternyata beberapa kali berhenti di jalan untuk menaikan penumpang. Berbeda dengan JJ, Elite ini banyak berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di jalan, sedang JJ banyak berhenti untuk istirahat di rest area. Selain itu JJ tidak pernah menaikkan atau menurunkan penumpang, jadi kalau dari segi kenyamanan JJ masih juara. Servicenya sih kurang lebih, sama-sama ber ac, ada TV tiap tempat duduk, ada cemilan dan minuman gratis yang dibagikan pramugara, malahan ditawarin obat mabuk segala di Elite… hahaha… Kirain nawarin apaan, ternyata obat mabuk.
Berangkat pagi sekitar jam 8, sampai di Yangon sore sekitar jam 4. Selama perjalanan pemandangannya hutan-hutan kering (kata pengemudi andong yang kami naiki di Bagan sih sekarang musim panas, hujannya nanti sekitar Juli). Berangkat pagi kelebihannya bisa melihat pemandangan di jalan, tuh jalan muluuuusss bener…dan panjaaaanggg bener, salut deh…kalah Kalimantan. Tiba di terminal Yangon naik taxi ke hotel yang sudah di booking.
Di Yangon kami jalan-jalan seputaran hotel, ke Bogyoke Market, Night Market, National Museum, Maha Bandoola Park, Sule Pagoda, Swedagon Pagoda dan People’s Square and Park. Pengalaman ke tempat-tempat tersebut bisa dilihat dipostingan sebelumnya.
# Menuju Singapore, 8 Maret 2016 #
Tanggal 8 Maret subuh sekitar jam 04.00 waktu setempat, kami sudah bangunin krucil. Check out, naik taxi ke bandara. Hari itu kami berencana ke Singapore menggunakan pesawat jam 08.00 pagi, boarding 07.50, dengan perhitungan lama perjalanan dua jam dari hotel ke bandara. Tapi kami salah perhitungan, ternyata kalau subuh jalan lancar jaya sehingga hanya ditempuh sekitar 45 menit…kecepatan deh …huaaa…ngantukkk…
Akhirnya kami nyari pojokan, eh nemu deh pojokan sepi tempat bule-bule tidur beralaskan backpack. Gak mau kalah, ikutan tidur juga beralaskan bacpack tapi gak bisa tidur karena nyamuknya banyak, hanya bisa tidur-tiduran. Makin lama, bandara makin ramai dan petugas bandara mulai berdatangan…yaks saatnya masuk ke dalam bandara. Check in, imigrasi…masuk ruang tunggu dengan masih terkantuk-kantuk. Eh menjelang jam boarding belum ada tanda-tanda nih, gak berapa lama muncullah pengumuman kalau delay…waduh tumben-tumbenan delay biasanya ontime.
Pesawat kami ke Singapore ini transit di Don Mueang (Bangkok), ternyata ada pesawat maskapai lain yang langsung ke Singapore tanpa harus transit di Bangkok…ya sudahlah, salah sendiri gak ngecek maskapai lain waktu nyari tiket…hehe. Untungnya waktu sampai Don Mueang masih ada jarak dengan pesawat ke Singapore, jadi gak terlalu harus kejar-kejaran. Pesawat Don Mueang (Bangkok) ke Singapore dijadwalkan berangkat jam 14.00-an (lupa lagi tepatnya), kami sampai di Don Mueang sekitar jam 13.00-an, jadi nunggu satu jam di Bangkok yang diisi dengan makan dan browsing-browsing sebentar menggunakan free wifi bandara.
Lama perjalanan Yangon – Bangkok = 1 jam, Bangkok – Singapore = 2,5 jam (kurang lebih). Sampai di Singapore sekitar jam 16.00-an, naik MRT ke daerah Bugis kurang lebih 1 jam-an….kesorean sampai di Singapore. Rencana mau jalan-jalan dulu jadi gak bisa. Istirahat sebentar di hotel, baru selepas maghrib jalan lagi menggunakan taxi dengan tarif S$19 ke Merlion Park. Di Singapore kami hanya jalan ke Merlion Park, Bugis Junction dan Bugis Street. Kebanyakan habis waktu untuk tidur aja karena tiba sudah kesorean ditambah ayah ketemuan sama temannya sehingga sudah lupa kalau mau ke tempat-tempat lainnya. Keburu ngacir segera ke negara tetangga yang lebih ramah di kantong…haha…
# Menuju Johor Bahru (Malaysia), 9 Maret 2016 #
Kami baru tiba kembali di hotel sekitar jam 22.00 malam setelah dari Merlion, bukan karena betah ngeliat patung singanya sih…cuma karena nyetop taxi gak ada yang stop-stop. Baru sadar kalau ada tempat khusus menunggu taxi setelah satu jam berusaha menyetop taxi tanpa hasil…haha (dasar kamseupay).
Pulang larut belum lagi krucil masih sempat bermain dulu sebelum tidur menyebabkan kami bangun agak siang keesokan harinya. Bangun kesiangan ini menyebabkan kami tdak melihat gerhana matahari…arrrggghh. Eh sudah gitu krucil seperti biasa main dulu sebelum bisa dipaksa mandi, belum lagi ayah janjian ketemuan sama temannya. Selesai krucil mandi, ayah belum balik ke hotel juga padahal hari itu saya berencana mengajak krucil jalan-jalan melihat Singapore dulu, baru sekitar jam 10-an lewat ayah balik hotel. Jam segitu sih gak bisa kemana-mana lagi, nyari yang dekat-dekat hotel aja deh…yaitu ke Bugis Street untuk cari koleksi krucil, gantungan kunci 😉 Kenapa buru-buru? Karena waktu check out hotel kan jam 12.00 siang (walau biasanya gak pernah yang sampai diusir ya preventif aja…eh tapi waktu disini kami sempat ditelp ke kamar loh, diusir secara halus… hahaha, nasib), kan gak mungkin banget kami geret-geret tas sambil jalan-jalan. Sayangnya lagi, kami lupa kalau dekat hotel itu ada terminal MRT dan diterminal tersebut ada loker sewaan (tempat menitip tas berbayar).
Setelah berburu cenderamata, cepat-cepat balik hotel…pas baru rapi-rapiin tas ditelp diingatkan kalau sudah jam 12, iye iye…ini juga sudah mau cabut. Check out dan jalan kaki mencari terminal bis Johor, ternyata letaknya gak begitu jauh dari hotel. Sesampainya di terminal sudah ada bis yang siap berangkat, harganya cuma S$ 3.30 / dewasa dan S$1.50 / anak. Nunggu penuh sebentar saja sudah penuh dan berangkat. Lama perjalanan kurang dari satu jam…itu sudah dihitung sama ngantri di imigrasinya, dekat banget tuh Singapore – Johor.
Urusan imigrasi keluar Singapore, lancar jaya…langsung di tok dan gak pake antri panjang. Naik bis lagi, gak berapa lama sudah masuk imigrasi Malaysia. Imigrasi Johor antriannya lumayan panjang. Begitu giliran kami, eh tuh petugas imigrasi pakai nanyain berapa hari di Johor, terus mau kemana, sudah ada tiket pulang belum bahkan sampai minta tiket pulang ke Indonesia segala…hiks hiks dia curiga kali soalnya perputaran di pasport cepat banget, dari Myanmar-Singapore (cuma sehari) – (eh sudah masuk) Malaysia lagi.
Gara-gara kecurigaan petugas imigrasi Johor inilah kami jadi lambat dan tertinggal dari deretan penumpang bis yang lain. Akibatnya kami jadi bingung harus keluar pintu mana, eh salah ambil jalan keluar malah ke JBCC bukan balik ke bis. Tanya security, katanya harusnya tadi kami jalan lurus lalu turun bukannya ikutan keluar melalui pintu samping. Ya sudah deh tanya aja sekalian kalau jalan Lumba Kuda (letak hotel kami) dimana, security jawab…oh kalau lumba Kuda dekat JBCC. Baiklah, berarti kami gak perlu kembali arah…
Di JBCC ini pusatnya semua transportasi di Johor deh, mau naik taxi ada pangkalannya, dibawah ada terminal bis dalam kotanya, bahkan ada stasiun kereta pula. Jalan dikit melalui skybridge sudah sampai di mallnya, sebelahnya ada Mall Komtar pula. Benar-benar terpadu, salut deh. Di sini kami makan-makan dulu melepas lelah, baru nyari informasi…katanya sih hotel kami itu dekat saja cuma kalau jalan kaki lumayan, naik taxi sajalah di bawah. Baiklah, naik taxilah kami dengan biaya sekitar RM 20, eh ternyata tuh hotel letaknya seberang JBCC aja cuma karena jalan satu arah kalau naik taxi jadi muter dulu makanya mahal…hahaha.
Di Johor favorite kami jalan ke JBCC, banyak makanan enak. Kemudian kami jalan ke Legoland, Zoo Johor, melihat-lihat night market dan mesjid Jamek Sultan Abu Bakar. Untuk lebih jelas mengenai tempat-tempat yang kami kunjungi tersebut, lihat postingan sebelumnya. Kami tiga hari di Johor sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Kuala Lumpur.
# Menuju Kuala Lumpur (Malaysia), 12 Maret 2016 #
Sebenarnya begitu tiba di Johor, melihat ada loket kereta api kami buru-buru beli tiket sleeper train ke Kuala Lumpur. Sayangnya semua sudah sold out, dari tanggal 10-13 Maret, ada tiket biasa (tiket duduk) tapi adanya tanggal 14, gak mungkin banget karena pesawat pulang ke Indonesia tanggal 13, jadi batal naik kereta padahal sleeper train itu transportasi favorite krucil kalau berpetualang.
Jadilah kami berburu tiket bis ke terminal Larkin, dapat bis Konsortium seharga RM 34,30 / orang. Naik bis inilah kami Sabtu pagi tanggal 12 Maret tersebut. Bisnya ya begitu deh, standard aja. Lama perjalanan kurang lebih 4 jam, sempat macet parah karena ada kecelakaan dan sedang musim libur sekolah di Malaysia. Bis ini tujuannya adalah Bandar Tasik Selatan (BTS), baru kali ini kami kesini…biasanya kan Puduraya. Di BTS ini kami makan dulu melepas lelah, setelah itu menggunakan KLIA Ekspres ke KLIA 2, letak hotel andalan kalau transit. KLIA Ekspres ini termasuk mahal juga untuk transportasi dalam kota, totalnya sekitar RM 115 untuk berempat…lumayan banget kan kalau dikurskan…hiks hiks. Kelebihannya sih cepat…gak pake lama sudah sampai deh di KLIA 2.
# Menuju Little House on the Prairie (Indonesia), 13 Maret 2016 #
Seperti biasa, di KLIA 2 nginap di hotel andalan. Pesawat pulang kami ke Indonesia pagi jam 08.15, sehingga seperti biasa subuh-subuh krucil sudah dibangunin. Jalan kaki ke bandara, beres urusan imigrasi…nunggu di ruang tunggu. Di bandara saya sempat mules-mules dan mual sehingga bolak balik ke toilet, beberapa hari belakangan saya memang terkena batuk parah.
Jam 11.15 sudah mendarat di home town, alhamdulillah. Di bandara makan dulu karena kelaparan, baru jam 12-an sampai rumah. Walau setibanya di rumah kami kaget karena satu hal, tapi kami bersyukur bahwa di balik semua peristiwa ada hikmah yang bisa di petik. Bagaimanapun home sweet home. Ok krucil…kemana lagi kita berpetualang liburan berikutnya? hehe 😀
komentar