Derawan, Berau -Kaltim

28 05 2009

Semua petualang, yg benar-benar seorang petualang pasti mengenal wisata bahari yang satu ini, Derawan. Derawan sudah sangat terkenal di dunia karena keindahan alam bawah lautnya yg tidak kalah dgn raja ampat papua..iya gak sih? Kadang-kadang suka berlebihan juga..saking cintanya pada negeri sendiri.

Sebagai seorg pecinta alam, kami yg saat itu masih tinggal di Bontang, juga berniat pergi ke tempat yg satu ini. Sangat amat terprovokasi jejak petualang, masa iya…orang lain udah ke tempat ini, kami yg merasa penduduk asli Kaltim belum pernah, apa kata dunia??? Namun setelah beberapa kali sempat tertunda, akhirnya suatu saat kesempatan tersebut datang juga. Ketika itu ada hari libur tanggalan merah selama 2 hari + hari sabtu-minggu, total libur 4 hari. Hal yang utama kami pikirkan saat itu adalah anak pertama kami yg saat itu masih berumur 1 tahun. Beruntung tepat ketika 1 hari menjelang hari H, kakek neneknya kangen sehingga meminjam anak kami untuk dibawa ke samarinda (orang tua saya tinggal di Samarinda), jadi rencana dapat tetap dijalankan. Lanjutkan….

Sore hari menjelang hari libur, kami sudah bersiap-siap, semua peralatan perang telah disiapkan, mobil tua kami sdh dimasukan bengkel untuk di cek, sekarang waktunya istirahat mengumpulkan tenaga untuk perjalanan terjauh yg akan kami tempuh. Rencananya kami akan jalan subuh nanti, namun setelah berbagai usaha untuk tidur tidak bisa juga memejamkan mata, jam 9 malam kamipun memutuskan berangkat. Saat hampir keluar kota, kami teringat..kami belum punya snorkel! Apalah artinya ke derawan bila tdk bersnorkling atau diving. Mau beli alat diving gak sanggup, pilihan yang murah adalah beli snorkel. Kami pun langsung memutar arah ke arah kota, ke toko yang hampir tutup.

Snorkel ready…dan brrmmmm…let’s go, Bismillahirahmanirahim….

Bontang-Sangatta 60 km, penuh jalan berlubang. Sangatta- simpang Bengalon 60 km (kalo gak salah), banyak jalan longsor. Kemudian muara wahau, saya lupa berapa jaraknya yg merupakan hutan berkabut. Sepanjang jalan, sangat berkabut…kabut yg sangat amat tebal, jarak pandang mungkin kurang dari 1 meter. Sepi, dan gelap tentunya, hanya beberapa truk yg terlihat. Semakin malam, suami dan saya semakin ngantuk karena terlalu exciting akan pergi sehingga kami tidak tidur dl dirumah. Jadi dijalan malah ngantuk, apalagi jalan sangat berkabut dan kadang-kadang ada jalan longsor.

Menjelang tengah malam, sekitar jam 1 malam, kami baru sampai di simpang bengalon, jarak yg belum ada artinya untuk sampai ke derawan. Oh ya, saya lupa memberitahu, derawan terletak di Berau…yg jaraknya ratusan kilometer dari Bontang. Sebuah perjalanan terjauh yg pernah kami tempuh dgn mobil tua kami. Dengan tekat kuat, kami meneruskan perjalanan.

Tiap saya hampir tertidur karena dinginnya malam, suasana sepi dan pekatnya malam, suara suami saya terdengar…”ayah ngantuk, berenti dulu ya, tidur sebentar..” oh no, mo tidur di tengah hutan? Selain gelap, siapa tahu ada org jahat (karena papa saya pernah cerita jalan darat ke berau sangat rawan), belum lagi kabut tebal..yang menyebabkan jarak pandang sangat sempit, siapa tahu ada mobil yg tdk melihat mobil kami yg parkir, menabrak..wassalam anakku sayang.

Selalu bila terdengar suaranya, saya langsung terjaga…lampu langsung terang benderang…saya pun mengajak suami saya ngobrol, atau makan cemilan maksudnya supaya dia tidak mengantuk lagi. Namun setelah usaha keras saya, saya tetap kalah dgn ritme alam. Disuatu tempat di tengah hutan, dan untungnya dekat dgn sebuah tambang batu bara, suami saya tidur…zzzZZzz…tinggallah saya sendiri yg memandang was2 ke sekitar. Ya ampun…gelap banget, seraaamm….belum lagi bunyi truk-truk gede segede gajah, truk-truk batu bara yg melaju dekat mobil menggetarkan segalanya…takyuutt…

Setelah menahan takut, 5 menit kemudian (sesuai janji suami saya), saya bangunkan dia…ayah, bangun..dan perjalanan pun berlanjut hingga subuh, saat saya membuka mata..rupanya saya tertidur juga. Hal pertama saya liat adalah beberapa orang pergi keladang…damainya suasana melihat penduduk setempat bisa hidup tenang dan damai di desa-desa kecil di hutan.

Kali ini ritme alam memanggil lagi, suami saya sakit perut. Hah? Bisa-bisanya ditengah perjalanan dia sakit perut? Mau mengeluarkan dimana? Hutan melulu, ntar kalo masuk hutan..jangan-jangan dipatuk ular..hiiyyy..

Untungnya dia punya nyali yg cukup besar, begitu sampai di sebuah jembatan…dia turun ke bawah melalui hutan..menuju tengah sungai…dan..lega rasanya..hehehe.

Perjalanan berlanjut, kali ini kami mulai memasuki jalan off road, jalan-jalan aspal yg telah berubah jadi lubang-lubang berlumpur, dan siap-siap terbalik suatu saat. Ketika itu kami melihat sebuah mobil terbalik, didepan truk penuh muatan berjalan pelan, miring banget (sampai saya takut truk itu terbalik) dan amblas. Jalan yg sangat disukai suami dan anak pertama saya. Saat jalan sdh tidak dapat ditolerir lagi, saya memutuskan turun dari mobil, membiarkan suami saya ber off road ria sendiri…

Satu hal yang saya suka dalam perjalanan jauh, rasa kebersamaan sesama pengguna jalan sangat amat tinggi, berbeda bila kita sdg jalan ditengah kota..yg elo..elo, gue..gue. Bila  anda sedang dalam perjalanan jauh, dan jalan tersebut sangat menyakitkan..rasa suka duka, senasib seperjuangan sangat terasa, tolong menolong adalah hal utama, ke egoisan tersingkir jauuuuhh ke laut. Dan ini pun yg sangat dominan terjadi sepanjang perjalanan Muara Wahau-Berau yg sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan.

Suatu ketika, di tanjakan yg berliku, terdapat antrian kendaraan yg sangat panjang. Baru saat itu saya melihat ternyata banyak mobil yang menempuh perjalanan yang sama. Ternyata persis ditengah jalan menanjak tersebut, ada truk besar yg mengangkat traktor terbalik..mantap. semua pengemudi, supir truk, mobil jelek, mobil bagus, tua muda mencoba mengangkat, berat bo’ mana tahan. menurut orang-orang yg biasa melewati daerah tersebut, bisa berhari-hari menunggu bantuan. Untunglah tidak berapa lama datang bantuan yg dapat menderek truk tersebut ke tepi. Namun selama menunggu bantuan datang, beberapa mobil nekat menerobos lewat tepi..namun tidak berhasil. Untungnya ketika mobil kami dicoba, bisa lolos..memang mobil tua yg cool.

Setelah melewati hutan yg cool menurut saya, karena jarang sekali saya melihat hutan dgn pohon-pohon yg masih tinggi-tinggi dan rapat, kami pun sampai disebuah jalan yg menurut informasi sepanjang 60km hanya dikeraskan dgn batu-batu gunung yg tampaknya hanya dilemparkan begitu saja tanpa dikecilkan lebih dulu. Nama daerah ini Labanan. Daerah ini sampai sekarang saya ingat, karena mobil terpaksa berjalan sangat lambat, dan kami tempuh dalam waktu 6 jam ! Jalan penuh debu…yg membuat saya putus asa, jalan tanpa ujung (ketika itu saya pikir itulah kata yg pas), yg membuat saya kemudian mengajak suami saya putar arah lagi…pulang aja. Semua cobaan dijalan masih bisa saya tolerir, jalan off road berlumpur belum seberapa dibanding yang satu ini.ampuuun deh…

Untungnya suami saya bilang…masa sudah jalan sejauh ini, hanya karena jalan ini kita pulang. Dan saya sangat bersyukur, karena tidak mengikuti kata hati yg mengajak pulang…karena tepat setelah jalan tersebut…terhamparlah oase, jalan aspal yg mulus beneeer. Cihuy…Berau…here we come…we are coming….Derawan, wait for us..

Saya ingat sore, kami akhirnya sampai di Berau. Kota yang cukup rapi dan indah…seperti halnya kota2 lainnya di Kalimantan timur, berau juga dibelah oleh sebuah sungai, yg tampaknya jadi tempat kongkow2 penduduk berau sambil menikmati makanan kecil yang banyak dijual disepanjang sungai.

Begitu sampai Berau, hal yg pertama kami lakukan adalah mencari informasi bagaimana menuju derawan. Dipelabuhan sungai yg ada, kami mendapat informasi..perahu ke derawan sdh berangkat…yah ketinggalan deh, sementara waktu mepet. Beberapa org menunjuk ke daerah yg mereka namakan tanjung batu, ada speed boat yg tersedia untuk pengunjung, namun sayangnya arahnya pun buta…tak ada petunjuk sama sekali. Kami pun menelpon penginapan di derawan, yang kami dapat di internet, sempat kami kontak sebelumnya di bontang. Sayangnya pemilik penginapan yg namanya pak kadek, sdg keluar, sdg mengantar tamu diving,kami disuruh menelepon lagi malam.

Daripada luntang lantung gak jelas di negeri orang, dan tampaknya tidak dalam waktu dekat kami bisa ke derawan, karena menurut penduduk setempat perahu kederawan tidak setiap saat dan setiap hari berangkat ke derawan (bahkan saya sempat sangat kecewa, sdh sejauh ini berjalan…tidak ke derawan? Oh no…tenggorokan rasanya tercekat), kami pun memutuskan mencari hotel. Di dekat sungai yg membelah kota berau, banyak sekali hotel. Akhirnya kami memilih sebuah hotel yg lumayan, seharga 150rb/malam. Malamnya demi menghibur diri kami duduk-duduk di tepi sungai, sekalian cari-cari informasi.

Mungkin karena lelah dan kecewa, kami jadi malas sekali menelpon pak kadek (hal yg sebenarnya sgt merugikan kami, karena ternyata pak kadek sudah menyiapkan perahu yg dapat membawa kami ke derawan malam itu…). Besok pagi, berbekal petunjuk beberapa orang, kami melanjutkan perjalanan ke tanjung batu, kurang lebih 2-3 jam perjalanan dari Berau. Setelah bertanya disetiap persimpangan..akhirnya kami menuju arah yg benar menuju tanjung batu. Jalan sangat mulus awalnya, hutan2nya…wuiiihhh keren banget! Pohon2 besar, pohon-pohon yg dalam imajinasi saya berasal dari jaman purba, sama mungkin umurnya dengan dinosaurus kalo masih hidup. Indah banget….namun sayangnya disana sini terdengar suara gergaji mesin dari kedalaman hutan…oh no…pliz deh jangan hutan ini…tolong sisakan hutan ini,agar anak saya kelak dapat juga menikmatinya doa saya dalam hati.

Kemudian kami melewati jalan tanah yg sudah dikeraskan, yg tampaknya akan segera di aspal. Waktu itu kami berharap, semoga semua jalan di Kalimantan timur diperbaiki, agar kami dapat berpetualang dgn nyaman, karena saat itu beberapa tahun menjelang PON kaltim. Masa sih jalan jelek di propinsi yang kaya raya…namun harapan kami tinggal harapan..menurut teman saya, jalan ke Berau sekarang lebih parah…lebih baik naik pesawat bila ingin ke berau.

Setelah itu..eng ing eng..mana yah pelabuhan tanjung batunya? Tanya sana sini, sampailah kami disebuah lapangan luas..yg penuh dgn toko-toko pasar, dan parkiran mobil? Hah? Mana sih tanjung batu tempat menyebrang ke derawan? Bingung kami…

Tapi tidak perlu bingung terlalu lama, begitu mobil parkir, keluar mobil..beberapa orang langsung menghampiri, menawarkan speed boat menuju derawan, yang harganya 250rb/sekali jalan. Itu harga jaman dulu, entahlah sekarang berapa harganya. Ketika harga disepakati, kami diajak menuju jalan-jalan dari kayu ulin melewati rumah-rumah nelayan..dan inilah dia, pelabuhan tanjung batu…welcome to boat!

Bapak yg boatnya kami tumpangin orang yg baik, kami diceritakan berbagai macam hal, tentang derawan dan pulau-pulau sekitarnya (pulau panjang,kakaban, maratua, dsb). Kami pun tidak membayar saat sampai di derawan, namun nanti begitu sampai lagi ke tanjung batu (totalnya 500rb pp).

Sampai diderawan, pulau yg dari jauh tampak mengecewakan..kok banyak rumah nelayan berdempet-dempetan pikir saya, bukannya pulau sepi dgn pemandangan bawah laut yg oke. Semakin dekat semakin kecewa…yah, hanya untuk ini semua perjuangan kami? Namun kekecewaan kami tersingkir begitu melihat ke bawah. Lautnya? Jernih…dibawahnya terlihat jelas terumbu karang beraneka, dgn ikan-ikan dan ini dia…si kura-kura purba yang gede banget, dan jinak-jinak. Namun kata pemiliki perahu, hati-hati berjalan di laut yg agak surut ketika itu, karena biasanya ada …ikan pari, bukan manta yg gede..ini hanya yg kecil, namun sengatannya bisa bikin panas dingin berhari-hari…mantap!

Di penginapan mr.kadek kami disambut ramah oleh pak kadek, sesepuh derawan…kami sempat mengobrol tentang alam, tentang derawan yg jadi kumuh karena pembangunan rumah yg semakin semrawut demi mengejar keuntungan dijadikan penginapan, tentang penangkapan ikan, dsb. Sebuah obrolan serius namun ringan tentang kerusakan alam dan cara penyadarannya diudara terik. Kami sampai diderawan tepat waktu makan siang…time to eat..hehehe. pak kadek menyuruh kami makan dulu sebelum berenang, dan peregangan, kami juga dipinjamin pelampung…terutama sih buat saya yg tampangnya memang tidak meyakinkan menjadi sebagai seorang perenang…hehehe.

Penginapan diderawan cukup murah, saya lupa lagi…tapi ketika itu amat sangat murah, kalo enggak salah 50rb/malam bila dgn makan 25rb/makan. Diujung pulau ada sebuah cottage yg cukup berbintang, ketika itu harganya 250 rb/malam kalo tidak salah. Bukannya tidak punya uang utk menginap ditempat yg lebih baik, tapi di tempat pak kadek kami merasa nyaman…pak kadek master diving dan pelindung derawan, enak rasanya mengobrol dgn pak kadek. Selain itu..bule aja tinggal tempat pak kadek, kenapa kami harus pindah….kami kan juga seorg backpacker, yg doyan yg irit-irit…hehehehe..

Satu hal yg selalu saya perhatikan. Orang asing selalu bisa memiliki tempat-tempat indah menjadi miliknya. Menjorok ke tengah laut, didepan penginapan pak kadek, merupakan tempat yg tertutup untuk umum, karena merupakan tempat sekeluarga orang asing yg kalau tidak salah dari inggris atau prancis, yg setiap musim dingin mereka habiskan waktu di derawan untuk berdiving all day..all the time dengan speed boat milik sendiri dan tempat tinggal pribadi. Di maratua…pulau terluar dari kepulauan derawan, dikelola oleh orang asing juga. Jadi tidak heran bila suatu saat nanti kitalah yang akan menyewa kepada orang asing untuk dapat menikmati negeri sendiri…kasian bener.

Diderawan kami benar-benar menikmati pantai, alam bawah laut, snorkling. Mau diving mahal banget, berenang bersama kura-kura purba, memberi makan kura-kura daun pisang…lucu ya ternyata kura-kura makan daun pisang. Dan saya sempat dipinjamin starfish gede untuk teman berfoto. Kasian deh..niat hati mau di bawa pulang, ternyata begitu melihat saya memegang starfish, anak-anak pada rebutan mau pegang…dan akhirnya saya pun tidak dibolehkan memilikinya demi menjaga kelestarian lingkungan…hiks.

Malamnya kami berniat menunggu kura-kura bertelur di pantai tapi ternyata pantainya gelap banget, saya takut juga sama kegelapan total seperti itu…akhirnya saya batalkan niat semula…mending tidur aja deh. Setiba di penginapan saya pun terkapar dengan suksesnya…capek banget. Namun ternyata suami saya tidak bisa tidur,diluar masih terlalu ramai, dan selain panas (karena tidak ada ac dan dia sdh terbiasa pakai ac), dia juga kelaparan.

Esok pagi,ketika saya bangun…saya dapatkan suami saya panas dingin..meriang. rupanya semua efek perjalanan akhirnya tercampur aduk dlm dirinya. Capek perjalanan jauh, capek terlalu heboh berenang, snorkling bersama ikan dan kura-kura seharian ditengah terik matahari, ditambah..nah ini dia, kelaparan pada malamnya walaupun sebenarnya sudah makan. Suami saya bukan orang yang dapat menanggung lapar, jadi langsung sakit deh…

Saya terus terang panik. Bayangkan, pagi itu kami akan balik ke bontang…yg masih ratusan kilometer dengan jalan yg rusak parah, belum lagi kami juga berniat menjemput anak kami di samarinda yg berarti tambahan 120 km lagi ke samarinda. Sementara suami saya meriang, terkapar…duuuhhh gimana, kalo naik pesawat, terus mobil dikemanakan? Untungnya suami saya tetap tegar menyupir dengan badan panas dan meriang, setiap saat berhenti untuk beristirahat dihutan.

Suatu ketika suami saya terkapar ditengah hutan, ditempat yang sepiii banget, bagai orang pingsan. Saya biarkan dia tidur, sementara saya sholat sekaligus berdoa agar Allah menjaga kami. Selama sholat, bulu tengkuk saya berdiri terus..seperti ada orang memperhatikan kami, tapi siapa? Ditengah hutan..hiiiyyy syerem.

Jauh hari kemudian, suami saya juga mengatakan hal yg sama…ketika itu dia juga merinding, gak enak hati…seperti ada yg memperhatikan. untungnya dia tidak mengatakan apa-apa saat di hutan tersebut, kalo dia cerita…mungkin tindakan saya…lariiiii …tolooongg…hehehehe.

Alhamdulillah kami selamat sampai samarinda, menjemput anak kami untuk kemudian beristirahat total di Bontang. Yah, begitulah perjalanan kami menuju derawan, pulau indah dengan alam bawah laut yang mempesona saya plus pengalaman ber off road ria ditengah hutan, plus tambahan sakit. Suatu hari saya berniat mengunjungi pulau-pulau lainnya pula seperti Kakaban yg memiliki danau air tawar yg penuh dgn jellyfish, dan Maratua tempat manta dan hiu bisa dilihat.


Actions

Information

12 responses

4 06 2009
Lomar Dasika

Bu………keren dech! aku baca blog mu ketawa ketawa dan senyum senyum terus! pertahankan penulisan blognya yach! keren bo! suka dech bacanya!

btw, ternyata perjuangan menuju Derawan segitu beratnya yach….fiuh….emang sih kalau nyampe mungkin kita bakalan lupa sama capeknya. tapi, kan musti pulang lagi ke tempat asal kan?

penasaran sama jalanan berbatu2 yang bikin nyali langsung jiper dan pengen pulang. hehehe…kayak apa yach rupanya? trus pohon-pohon yang kayak jaman purba tuh…wuih…penasaran deh.

tapi emang yach, perjalanan jauh sih emang lebih enak kalau rame2 dan mobilnya emang off road kali yach? jadi selain bisa gantian nyupir, bermalam di jalanan pun ga masalah asalkan rame2…..sampe seharian baru sampe Berau sih wokeh banged yak! trus…lokasi yang merasa ada yg ngelihatin itu dmn sih? igh…serem deh bu! bacanya sampai ikut merinding…hiyyyy

mungkin kalau jalanan menuju kesana bagus, gak akan secape dan selambat itu kali yah jalannya? btw, soal resort yg dimiliki orang asing…yah…susah yah. itu udah cerita lama…banyak tempat di Indo yang dibegitukan. heran aja sih. koq bisa2 dijual. apakah atas nama perekonomian? ck ck ck….

soal pembalak liar, kayaknya emang ga bisa diapa2in deh. pemerintahnya sih sebenrnya bisa dan mau. maasalahnya, pemerintahnya ga mau dan ga niat…makanya mereka ga ketangkep2 juga…hhhh…memang bener, kita sudah menjadi ancaman bagi keberadaan hidup kita sendiri….

Like

10 06 2009
kiko

bravo..bravo..keren banget deh cerita bout derawan’nya…bisa aje loe memaparkan ttg perjalanan panjang menuju pulau derawan itu…

dulu juga sobatku pernah kesana…tapi pake pesawat..jadi gak ada tantangannya kali yee…

btw pesawatnya cuma sampe berau ya…flight dari mana tuh..bpp..berapa duit …tapi kalo gak salah pake pesawat kecil gitu’kan..sebenernya pake pesawat juga cukup membuat adrenalin meningkat…goncangannya itu bo…bikin mau hueekkkk…jackpot…

Like

10 06 2009
advanture

ya itu perjalanan terjauh yg pernah kami tempuh dgn mobil tua kami, makanya walopun udh bertahun2 masih keingat sampe skrg. selain itu hutan2nya keren bgt, belom lagi suamiku yg skt…tambah2 deh beratnya petualangan yg ini ;))

Like

6 07 2009
dwi

aahhh,,, sungguh perjalanan menyenangkan sepertinya…

Like

11 07 2009
phi

jadi pengen ke derawan 😀

Like

3 08 2009
pics of traveller

baru ke berau,

tapi sayang ga sempet ke derawan ….hiks

Like

18 08 2009
dafe

permisi mbak..seru ih jalan2 na, ini nih jalan2 tanggal brapa ya mbak…minta info donk mbak yg detailnya…nyebrang ditanjung batu itu per org apa satu boat kapasitas brapa org? trus selain tu alternatif nyebrang nya dmana lg (klu g salah yg pa kadek) n harganya brapa?? trus no pa kadek ada gak ya mbak? trus klu makan di derawan mahal gak ya, n disana klu mau muter2 pulau mahal gak ya mbak…hehehe ..lg pengen ni ke derawan, mosok org kaltim lom kderawan..hekekee
makasi ya mbak…

salam
warga balikpapan

Like

19 08 2009
advanture

Buat warga bpp…Duh saya sdh Lama ke derawan…dan beberapa kali ganti Hp, ada Hp yg dicuri…Kayaknya disitu tersimpan no p.kadek n bpk speed boat. Kl dr Tanjung batu ke derawan…jd murah sekitar 250rb/jalan.pp Totalnya 500 rb dulu yaaa waktu saya kesana. Kl dr berau mahal, dulu sekitar 1-2 jt naik kapal. Jd saran saya sih ke Tanjung batu aja,lbh murah. Diderawan sndr byk penginapan… Dr yg murah Sampe bintang. Tmp p.kadek kl gak salah Dl, 75rb sdh termsk mkn. Mkn hitungannya 25rb. Tmp jual Mkn byk kok… Jd cukup terjangkaulah… Terus apalg yah???? Oh sebaiknya bawa alat nyelam (snorkel/diving sndr), Selain murah jg gak antri…hehe… Iya Mas…Masak org kaltim gak pernah kesana??? Malu2in aja hehehe

Like

26 08 2009
dwi

pengen banget dah…
sayang sekali bayar kesana rupanya lebih mahal ketimbang pergi ke Bali…
huhuhu..

Like

2 06 2010
nina

wow. naik bu’ung?? hebaaattt!! ^^
saya ma suami masih bingung nih, mau naik apa. soalnya mau sama krucil. pengennya sih naik mobil tapi kalo bareng krucil kayaknya bakal kecapekan mereka ya…

Like

2 06 2010
advanture

Hehe… Naik pesawat Aja mbak, kata teman saya yg diberau, skrg jalan darat lbh parah lg drpd waktu saya kesana (pas sy kesana Aja parah, berarti skrg sgt amat puaraaah). Kl saya sih AMA suami merasa bebas pake mobil sndr, en lbh seru Aja byk yg diliat.Ada prkampungan Dayak jg di kongbeng. Hutan2nya? Wuih mantap. Tp kl bawa anak sih mending naik pswt coz mau nginap dijalan jg Susah, gak Ada tempatnya…

Like

19 09 2014
Phuket Tour

Phuket Tour

Derawan, Berau -Kaltim | Advanture’s Blog

Like

Leave a reply to phi Cancel reply