Jogjakarta – Solo – Semarang – Malang – Surabaya

3 07 2013

20130708-100059.jpg

Keliling Jawa? Siapa takut, malahan itu salah satu dari sekian banyak impian kami…menjelajahi setiap pelosok nusantara yang bagi kami lebih indah dibanding tempat-tempat sejenis di negara lain. Kadang kala, saya dan ayah berandai-andai kalau kami pindah tempat tinggal dulu, selama setahun menetap di tiap pulau untuk menjelajahi pelosok pulau tersebut baru kembali menghuni little house on the praire kami, pasti seru dan pasti krucils punya banyak pengalaman yang luar biasa.

Walaupun tidak bisa disebut keliling Jawa (kata sulung saya, bukan keliling Jawa dong bunda, kan enggak ke Jakarta, Bandung dan lain-lainnya…hmmm, benar juga ya bang…hehe), kami berkelana dari satu kota ke kota lain di pulau Jawa. Di petualangan kali ini lagi-lagi kami hanya bertiga yaitu saya (bunda) dan dua krucils saya, minus kepala suku (ayah) yang belakangan ini memang sibuk berat sehingga menitahkan kami untuk pergi berlibur sendiri eh bertigaan deng… Dan inilah kisah petualangan kami berkelana di beberapa kota di pulau Jawa.

# Menuju Jogjakarta, 16 Juni 2013 #

Rencana awal adalah liburan bareng tetangga dengan formasi sama seperti ketika kami liburan ke Makassar, namun beberapa jam sebelum keberangkatan pesawat, tetangga baru SMS…mereka gak jadi ke Jogja tapi mau ke Malang! OMG…yo wes lah, the show must go on… apapun yang terjadi, petualangan tetap harus terlaksana. Walau saya sudah mempersiapkan mental jikalau tetangga batal berangkat tetap aja jadi agak grogi. Sudah lama sekali saya tidak berpetualang seorang diri (terakhir kali berpetualang seorang diri saat masih berstatus mahasiswa, belum punya pacar apalagi anak! hehe), terlebih belum pernah hanya bertigaan dengan anak dan naik pesawat malam pula.

Dari Jakarta, ayah yang sedang bertugas di sana kirim semangat. Hayoo…kalian pasti bisa. Ya bisa dan harus bisa! Jadilah kami memulai petualangan kami dengan mengucap “Bismillahirohmanirrahim”. Dari rumah telp taxi minta jemput di rumah untuk diantar ke bandara. Selama perjalanan udara, tanda kenakan sabuk pengaman jarang padam, kalaupun padam sesaat kemudian menyala lagi. Menurut info dari ruang kemudi, kami menghadapi cuaca buruk dan jarak pandang hanya 7 meter…hmmm. Sesampainya di Adi Sutjipto (Jogjakarta) disambut rintik hujan, kami pun langsung menuju counter taxi bandara, tunjukin voucher hotel yang dituju dan duduk manis dalam taxi.

Sambil memandang rintik hujan yang mengenai kaca jendela taxi, kami memandang kota Jogja. Lebih dari 30 menit kami dalam taxi, yang seharusnya sudah membuat saya curiga karena berdasarkan hasil Map Direction, harusnya jarak tempuh bandara ke hotel kami di Kalasan kurang lebih 7 menit saja. Begitu sampai hotel, supir taxi bertanya apakah saya masih membutuhkan taxi lagi? Tanpa pikir panjang saya langsung menjawab tidak, terima kasih.

Masuk hotel, dengan pedenya bilang sudah reservasi melalui sebuah situs pemesanan hotel online. Resepsionis pun langsung menyebut sebuah nama yang bukan nama saya, waduh…bukan mas. Tunjukin voucher hotel, begitu dia lihat baru dia tahu letak masalahnya.
Resepsionis : ” maaf bu, ini memang hotel xxxx, tapi yang ibu pesan adalah hotel xxxx yang di Kalasan sedang ini yang di Kenari”.
Saya : “memangnya beda ya ?” (pertanyaan culun yang tidak perlu jawaban)
Resepsionis : “beda tempat dan beda manajemen”
Saya : “jadi gimana dong mas?” (sebuah pernyataan konyol lainnya dari petualang yang belum apa-apa sudah kesasar), “tolong panggilin taxi kalau gitu”…hiks nasib nahas petualang untuk memulai sebuah pengelanaan, sudah malam gini…supir taxi yang salah ngantar juga sudah disuruh pergi tanpa meminta no telp…

Akhirnya kami pun menunggu taxi baru di lobby hotel. Begitu taxi yang baru datang, supirnya seorang bapak-bapak yang cukup berumur…dan parahnya dia pun tidak tahu dimana hotel kami berada sehingga harus nanya-nanya dulu sebelum menemukan hotel dimaksud…hahaha. Ketika ayah telp untuk ketiga kalinya malam itu, dia pun heran…kok dari tadi anak istrinya tiap ditanya, sudah di hotel? belum, masih di taxi…sudah 1-2 jam di taxi mulu, ngapain sih? Begitu diceritakan dia pun ketawa ngakak, makanya liat-liat dong. Saya yang jago ngeles langsung menjawab, “wah mana kami tahu kalau di Jogja sini hotel bernama itu ada dua”…wkwkwk…

Sampai di hotel langsung dapat sambutan hangat, rupanya ada anak salah seorang tamu hotel yang berasal dari Malaysia sedang berulang tahun. Begitu melihat krucils memasuki lobby, kami langsung diajak join b’day party tersebut. Eits, nanti dulu dong…lepas lelah dulu di kamar sebelum join. Ketika kami kemudian join merayakan ulang tahun bersama, dapat kue-kue dan minuman gratis plus tips wisata di Jogja.

Beginilah tips dari salah satu pengelola hotel yang dibaginya untuk saya :
1) Bergayalah biasa saja, jangan seperti orang baru atau turis. Biasanya begitu dikenali sebagai turis, harga-harga melonjak tinggi dari biasanya.
2) Tawarlah segala sesuatu setengah bahkan 70% dari harga yang di tawarkan, kalau tidak dilepas…tinggalkan saja.
3) Tanyalah dulu harga makan dan minum sebelum memakannya, karena harga makan minum sering tidak masuk akal jika ketahuan anda turis.
Baiklah…dimengerti, kami akan amalkan pak…tararengkyu tipsnya.

Kami menghabiskan waktu 5 hari di Jogja sebelum melanjutkan pengelanaan ke kota selanjutnya. Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah Prambanan, Ratu Boko, Taman Pintar, Keraton, Museum Kereta, Fort Vredeburg, dan sebagainya. Tempat-tempat tersebut bisa dilihat di postingan sebelumnya.

# Menuju Solo, 21 Juni 2013 #
IMG_4173
Hari keenam, kami santai-santai dikamar hotel. Menurut jelajah dunia maya serta bantuan teman-teman di Backpacker Indonesia sih, kereta dari Jogjakarta ke Solo hanya ada dua, yaitu Sriwedari dan Pramex, dua-duanya kereta ekonomi. Saya pikir Sriwedari cocok untuk krucils karena walau ekonomi namun sudah memakai AC, liat jadwal di website PT.KAI, Sriwedari ada siang jam 13.00, baiklah…masih ada waktu, istirahat dulu.

Tapiiii…bukan krucils saya namanya kalau kehabisan energy. Sejak melek mereka sudah gak sabaran ke stasiun kereta, disuruh istirahat dulu malah heboh main kejar-kejaran…hadeuh. Akhirnya ketika jam menunjukkan pukul 11, saya pun mengajak krucils ke stasiun menggunakan becak, yang langsung diprotes sulung saya “kok naik becak bunda? kan bisa jalan aja?” (yang sulung ini memang sudah keliatan bakat backpackernya nih…hehe). “Gpp bang, kita naik becak aja…bunda capek” (kalau yang ini sih niatnya aja yang gede pengen backpackeran, tapi karena sudah berumur kalah sama stamina…hehe).

Sampai stasiun Tugu Jogja, liat jadwal…tuuuh kan benar kata bunda. Jam segitu sih nanggung ke stasiun, mau naik Pramex sudah berangkat, mau naik Sriwedari baru ada jam 13.00. Terpaksalah nunggu dulu, loket baru buka jam 12.00. Begitu loket buka, krucils langsung berlari menuju loket untuk ambil antrian dulu. Saat tiba giliran kami, di loket diberitahu…hari ini tidak ada Sriwedari…semua Pramex…hadeuh, capcay deh. Daripada nunggu-nunggu kereta yang jelas-jelas gak bakalan nongol hari itu, saya ambil keputusan…pakai yang ada.

Harga tiket kereta tergolong murah, Sriwedari 20rb sedang Pramex 10rb. Dan karena hanya ada Pramex, saya cukup membayar 30rb untuk kami bertiga. Setelah punya tiket baru diperbolehkan mennggu didalam stasiun, agak lama juga kami menunggu hingga akhirnya kereta berwarna ungu masuk stasiun. Walau awalnya sulung saya pasang muka jutek karena pengen naik kereta AC, namun begitu melihat rangkaian gerbong kereta memasuki stasiun langsung lupa sama ngambeknya.

Kereta lumayan panas, gerah karena cuaca menjelang hujan terbawa hingga dalam kereta yang lumayan padat walau tidak ada yang sampai harus berdiri. Ketika saya bilang ke krucils, “panas ya”…sulung saya langsung menjawab jutek, “salah sendiri bunda beli kereta ekonomi”…hehe. Sedang bungsu saya yang biasanya lebih manja dalam hal fasilitas malah santai membalas abangnya, “gpp bang…yang penting naik kereta”…hehe (kasian deh jadi orang Kalimantan, jarang-jarang nemu kereta ^_^).

Lama perjalanan adalah 1 jam (kalau gak salah, lupa lagi), selama perjalanan kami jatuh tertidur. Sesampainya di Stasiun Solo Balapan, liat ada polisi tanya “Pak, jalan Slamet Riyadi jauh enggak? Naik apa dari sini?”. Langsung dijawab polisi tersebut, “oooh dekat kok…naik becak paling 10rb, atau naik taxi warna hitam. Bisa juga naik mobit (langsung saya sela, apa tuh pak? angkutan umum jawabnya) dari seberang stasiun ini”. Baiklah…ayo anak-anak, kita cari transportasi yang dapat mengantar kita ke hotel di jalan Slamet Riyadi.

Tidak perlu jauh-jauh mencari kendaraan yang dapat mengantar kami ke hotel, tepat di pintu keluar stasiun…beberapa orang tukang becak berseragam biru menawarkan jasanya. Saat di tanya ongkosnya, dimulailah lelang dadakan, ada yang minta 25rb, ada yang 20rb…akhirnya ada seorang tukang becak yang berhasil memenangkan lelang yaitu 15rb…langsung saja saya menyerahkan urusan antar mengantar kami ke dia. Dan inilah rekor jalan-jalan termurah seumur hidup saya, 45rb untuk bertiga sudah diantar sampai hotel tujuan dengan rincian : kereta (30rb) + becak (15rb). Kata bungsu saya, “kita nih benar-benar backpacker bunda”…hehe 🙂

Kami menghabiskan waktu 2 hari (3 malam) di Solo. Sebenarnya saya lumayan betah juga di kota ini, tapi berhubung hotel-hotel di kota persinggahan selanjutnya sudah terlanjur dibeli dan bakalan repot lagi urusannya kalau harus mengubah hari, jadilah kami hanya singgah dua hari di kota ini.

# Menuju Semarang, 23 Juni 2013 #
IMG_4336
Hari kedelapan pengelanaan, krucils dan saya bangun subuh seperti biasa. Krucils langsung heboh bermain di hotel “bagus” yang dibelikan ayahnya khusus untuk krucils. Saat jam menunjukkan pukul 9 pagi, sulung langsung mengajak saya untuk ke Keraton…hadeuh bang, mepet waktunya. Hasil perhitungan bunda, paling tidak akan memakan waktu 10 menit dari hotel ke Keraton, itu kalau langsung dapat kendaraan (favorite kami adalah bis Trans Batik Solo)…kalau enggak, artinya waktunya bertambah. Belum lagi dihitung balik ke hotelnya, dan selama di Keraton yang kita tidak tahu situasinya apakah antri atau tidaknya.

Rencana awal, hari itu kami melanjutkan pengelanaan ke kota selanjutnya menggunakan bis. Buka blognya om Lomar (Indahnesia), konon katanya bisnya agak-agak susah nyarinya, dapat yang gak AC aja sudah syukur. Belum lagi info hasil jelajah dunia maya, yang konon terminalnya rawan. Telp travel satu-satunya yang melayani Jogja-Solo-Semarang. Dari info si mbak penerima telp, travel berangkat tiap jam. Yang jam 11 siang tersisa 3 seat lagi (yak, pas banget deh) namun hanya ada seat di paling belakang…yang depan penuh. “hmmm, bentar ya mbak…saya pikir-pikir dulu”.

Tanya krucils, mereka langsung menolak mentah-mentah ide naik travel terlebih tempat duduk di belakang. Pengalaman mereka, naik travel bikin mabuk. Mereka merengek-rengek naik bis AC. Akhirnya telp ayah, ayah cariin info ke chanel-channelnya tentang transportasi umum dari Solo tujuan Semarang, dapat info sebuah bis yang katanya sih AC dan mau menjemput ke hotel. Telp, ternyata hanya melayani tujuan Jakarta…halah dalah…

Keputusan harus diambil, akhirnya bunda ambil keputusan kami akan naik travel. Harga tiket travel 40rb/orang dan harus ngumpul di pangkalannya di Slamet Riyadi, yang walau masih satu jalan dengan hotel kami tapi letaknya ujung keujung. Setelah check out, di depan hotel tawar menawar dengan tukang becak yang mangkal dan deal di harga 20rb. Baiklah, berangkat mang…

Di pangkalan travel, rupanya belum ada yang datang…cuma kami bertiga yang baru keliatan batang hidungnya (walaupun batang hidung saya juga memang gak keliatan alias pesek hehe…). Titip barang, cari makan. Beli makan di sebuah resto fast food yang walaupun jualannya sama dengan fastfood lainnya cuma punya nilai plus dimata saya, selain menunya lebih variatif juga satu-satunya fast food yang saya temui menjual guava juice alias jus jambu, favorite kami.

Kembali ke travel dan menemukan beberapa retseliting ransel yang saya sandang dalam keadaan terbuka padahal perasaan enggak ada orang yang berjalan dibelakang saya. Sambil nunggu, krucils sibuk mencomot french fries yang di beli ketika akhirnya kami dipersilahkan masuk mobil minivan dan duduk dibelakang. Waduuuh, kayaknya bakalan ada yang mabuk nih kalau kayak gini, gak bisa liat jalan didepan…ketutup sama kursi-kursi yang ada di depan…hiks…

Sebelum jalan, kami diberi tiga buah kotak yang berisi sebuah roti susu dan sebuah air mineral…lumayanlah untuk menyibukkan mulut selama perjalanan. Begitu akhirnya mobil jalan, saya baru ngeh…idih, ternyata penumpangnya hanya bertujuh dengan komposisi satu orang bapak didepan sebelah supir, satu orang bapak dikursi deretan kedua, seorang ibu dengan seorang anaknya yang masih kecil di kursi deretan ketiga, dan kami bertiga di kursi deretan keempat alias paling belakang. Jadi isinya gak penuh-penuh amat…tahu gitu kami ikutan nyempil di kursi deretan kedua aja…hiks..hiks TT

Akhirnya sepanjang jalan saya dan sulung tidur nyenyak sementara bungsu disuruh tidur gak mau, baru pertengahan jalan akhirnya ikutan tidur juga. Memasuki Semarang krucils terbangun dalam kondisi sedikit mabuk, lama perjalanan 3 jam hingga hotel. Sebenarnya travel tidak mengantar sampai tujuan namun hanya sampai pangkalan travel di Jalan Pemuda, Semarang. Namun ketika saya minta tolong diantar sampai hotel kami di Jalan Pandanaran, supir mau mengantar dengan extra charge 20rb. Selama perjalanan menuju hotel kami ngobrol dengan supir travel tersebut, ketika dia tahu kami berasal dari Kalimantan langsung heran oleh 3 hal ; 1) kok sudah libur, padahal di Jogja belum libur sekolah 2) kok cuma bertigaan? 3) kok tahu tentang travel tersebut, memangnya infonya sampai Kalimantan sana ya?, tanyanya heran….hehe. Yang saya jawab hanya dengan manggut-manggut, gak enak juga kalau jawab…hadeuh pak, hari gini jaman internet segala info bisa cepat menyebar dalam hitungan detik.

Kami hanya 1 hari (2 malam) menikmati kota Semarang sebelum melanjutkan pengelanaan kami ke kota selanjutnya. Sebenarnya banyak sekali tujuan yang sudah masuk dalam list tujuan kami di Semarang seperti Museum Kereta di Ambarawa, Candi Gedong Songo, Karimun Jawa, dsb. Namun ketika kami bertanya-tanya di Tourism Information Center Semarang, kok petugasnya seperti tidak menguasai bidang ini. Tiap saya tanya ada wisata apa saja di Semarang, malah disodorin info tentang Borobudur…walah piye sih. Lain lagi ketika saya bertanya naik apa ke Candi Gedong Songo, laaa dia pun kebingungan menjawabnya apalagi saya? Atau ketika saya tanya tentang Museum Kereta di Ambarawa, eh dia malah melongo seperti baru dengar hal tersebut dari saya. Beda banget dengan petugas Tourism Information Center Solo yang selalu bisa menjawab semua pertanyaan saya. Daripada saya tambah bingung bertanya pada petugas yang seharusnya tahu tentang segala tempat wisata di wilayah ini, saya pun memutuskan…next time aja saya kesini lagi sama ayah untuk berkeliling semua tempat yang saya sebutkan tersebut. Saya hanya mengajak krucils wisata ke tempat terdekat dari hotel, Lawang Sewu, dan menjadikan Semarang sebagai kota peristirahatan saja…tempat kami lebih banyak berleha-leha di hotel mengumpulkan energy untuk petualangan selanjutnya.

# Menuju Malang, 24 Juni 2013 #
IMG_4323
Malam kedua di Semarang kami mulai kasak-kusuk. Si bunda kasak-kusuk packing-packing lagi, sedang krucils kasak-kusuk bermain hide and seek dilemari kamar hotel…ckckck…ada aja bahan permainan krucils…hehe..

Menjelang maghrib akhirnya kami keluar mencari makan. Tidak jauh hotel ada minimarket yang langsung saja kami jadikan tempat berburu cemilan untuk di kereta nanti. Kemudian lanjut makan steak yang ternyata harganya bersahabat banget dengan kantong backpacker, yaitu 7-15rb saja…wow…keyeeennn…

Jam 21.00 malam turun ke lobby untuk check out dan pesan taxi, nunggu taxi ini lumayan lama juga sekitar 30 menit. Diantar taxi ke stasiun Semarang Tawang hanya bermodalkan 15rb. Masuk stasiun, tunggu kereta Majapahit jam 22.20. Kereta Majapahit ini adalah kereta satu-satunya dari Semarang yang langsung menuju Malang. Umumnya kereta dari Semarang tujuannya Surabaya, yang selain harganya lebih mahal (karena kereta Argo) juga artinya kami harus muter ke Surabaya dulu. Jadi begitu saya dapat informasi ada kereta yang langsung tujuan Malang Kota Baru, langsung saja diambil walau kereta ini adalah kereta ekonomi namun sudah menggunakan AC, harganya 215rb/orang.

Begitu masuk kereta, ternyata tempat duduk kami di tempati orang, yang setelah di protes barulah dia kembali ke tempat duduknya. Dikiranya saya tidak membelikan tiket untuk krucils, sehingga tempat duduk yang berbentuk dua tempat duduk saling berhadapan bisa dimanfaatkannya untuk tidur. Padahal saya selalu membelikan krucils tempat duduk, membayar penuh harga tiket apapun itu demi kenyamanan krucils. Setelah penumpang yang berusaha memanfaatkan situasi tersebut kembali ke tempat duduknya, baru saya agak lega…krucils bisa tidur dengan lumayan nyaman.

Walau tempat duduknya tidak bisa diatur-atur seperti di kereta Argo, namun seat lebih yang ada memungkinkan krucils tidur sambil melonjorkan kaki. Sementara krucils tidur nyenyak, saya justru hanya bisa tidur-tidur ayam, sebentar-bentar terbangun. Selain karena mengecek keadaan krucils, mengecek barang bawaan (maklum naik kereta ekonomi yang berhenti di tiap stasiun yang dilalui), juga suara kereta yang lumayan berisik (berbeda dengan kereta Argo, entah karena perasaan saya saja atau memang demikianlah keadaannya) membuat saya kesulitan untuk tidur nyenyak sehingga agak susah bagi saya menikmati perjalanan ini.

Baru keesokan paginya, ketika krucils sudah mulai melek dan sinar mentari mulai menyinari alam, saya mulai menikmati perjalanan karena banyak hal yang bisa dilihat melalui jendela kereta. Persawahan, pemukiman padat dipinggir rel kereta, kendaraan yang berhenti di jalur kereta, orang-orang yang mulai beraktivitas dan sebagainya yang bagi saya benar-benar terasa indah untuk memulai sebuah hari.

Kami sampai di stasiun Kota Baru Malang sekitar jam 9 pagi, telat 1 jam dari jadwal yang harusnya tiba jam 8 pagi. Namun karena memang tidak sedang buru-buru, keterlambatan dari jadwal bukanlah suatu masalah besar bagi kami.

Kemudian dari stasiun Kota Baru Malang, kami naik angkot AL ke terminal Landungsari untuk kemudian naik angkot tujuan Batu. Hati kecil saya sih nyuruh naik taxi saja karena lebih cepat dan nyaman. Namun karena temanya backpackeran, dan juga supaya lambat sampai hotel (saya booking hotel tgl 25 Juni, tahu sendiri kan…biasanya jam check in adalah 12 siang sedang ketika jam baru menunjukkan pukul 9 pagi). Jadilah saya mengajak krucils berangkot ria dengan harapan begitu sampai hotel sudah pas waktu check in…hehe…

Namun ternyata, walau sudah berangkot ria yang jalannya kayak siput ditambah nunggu penumpang (ngetem) yang lumayan lama diterminal tetap saja kepagian sampai hotel yaitu jam 10 pagi. Belum waktunya check in yang konon katanya di hotel tersebut aturannya jam 2 (namun dibuat perkecualian khusus untuk kami, yaitu kalau ada kamar kosong boleh langsung check in) sehingga belum ada kamar yang kosong..halah dalah…

Kami hanya 1 hari (2 malam) di Batu Malang. Rencananya setelah dari Batu, baru kami turun ke Malang. Di Malang berleha-leha bertemu teman sekolah di Bandung dan cari oleh-oleh, lalu melanjutkan pengelanaan ke Surabaya. Namun beberapa alasan berikut membuat saya membatalkan semua rencana semula saya :
1) Suami dan orang tua saya meminta saya pulang cepat karena kasian krucils kelamaan berkelana, padahal yang tepar tuh si bunda bukan krucils. Malahan krucils saya minta perpanjangan waktu 1×24 jam lagi, kalau perlu 2×24 jam karena sulung saya masih punya misi ke Museum “Perang” (yang dimaksudnya adalah Museum Brawijaya, dinamakannya museum perang karena didepan museum dilihatnya ada tank) yang kebetulan dilihatnya dalam perjalanan ke Batu menggunakan angkot…hehe..
2) Saya yang KO jadi malas berkelana lagi, kangen ayah, kangen rumah …my little house on the praire. Pengen istirahat dirumah sambil nonton National Geographic Channel seharian sembari nyiram benih cabe yang disemai dihalaman belakang…hehe..
3) Saat di Semarang sempat liat-liat tiket untuk pulang yang belum saya beli karena jadwal pengelanaan yang belum saya pastikan. Ketika itu saya melihat status tiket pesawat yang masih ada seat adalah tanggal 27-29, selain tanggal tersebut tertulis dengan huruf besar FULL. Oh My God!

# Menuju Surabaya, 27 Juni 2013 #

Pagi hari tepat di hari ke dua belas petualangan kami, saya langsung mengambil keputusan cepat yang bahkan saya sendiri tidak sadar kalau sedang mengambil keputusan saking cepatnya saya mengambil keputusan tersebut…*opo toh maksudnya, gak jelas*.. hehe.

Saya putuskan sudah saatnya kami pulang. Hari itu juga kami akan melanjutkan pengelanaan ke kota selanjutnya sekaligus pulang. Setelah sarapan, saya langsung telp ayah mengabarkan kami akan pulang entah hari itu juga atau keesokan harinya, karena saya belum punya tiket ditangan…liat sikon di bandara nanti. Kemudian menanyakan ke resepsionis, apakah ada travel dari sana (Batu) langsung tujuan Surabaya tanpa saya harus repot lagi turun ke Malang dulu.

Resepsionis hotel yang baik itu pun langsung berupaya mencarikan kami travel langsung dari Batu tujuan Juanda (Surabaya). Umumnya travel yang ditelp berlokasi di Malang, salah satu travel yang mau menjemput ke Batu sudah penuh hari itu dari pagi hingga malam. Mas dan mbak resepsionis kemudian mencarikan alternatif lain, yaitu supir-supir yang dikenalnya yang mungkin bisa mengantar kami ke tujuan. Harga yang ditawarkan mahal, yaitu 400-500rb.

Alternatif lain, saya minta pesankan taxi saja yang dapat mengantar kami ke stasiun Kota Baru Malang, baru dari sana naik kereta tujuan stasiun Gubeng Surabaya, lalu lanjut naik taxi ke Juanda…kalau memang terpaksa. Kasian melihat krucils, mas resepsionis pun menelpon ulang supir untuk nego, ketika akhirnya harga diturunkan, saya langsung mengangguk setuju..deal di angka 350rb. Lumayanlah walau cuma 50rb turunnya, namanya juga backpacker…gak afdol banget kalau gak nawar… hehe…

Lucunya, ketika taxi yang akan mengantar kami langsung dari Batu (Malang) ke Juanda (Surabaya) datang menjemput, saat akan menaikkan barang…eh si bapak supir ngomong gini ke saya “sebenarnya 350rb itu harga lama mbak, sebelum BBM naik. Nanti kalau sudah sampai, tambah-tambahin dikit ya biar saya ikhlas”… * dan kemudian hening, daun-daun berguguran*…wahahaha. Baru kali ini nemu ada supir taxi yang gak ikhlas tapi tetap menjemput hehe. Tapi ya sudahlah…karena di daerah gempol macet ditambah si bapak supir yang sudah berumur dan tidak neko-neko plus perhatian terhadap kenyamanan duo krucils saya, sesampainya di bandara Juanda saya tambahin 20rb…biar ikhlas dan sama-sama ridho.

# Menuju Little House On The Prairie, 27 Juni 2013 #
IMG_4578
Sebenarnya ayah sudah bookingkan pesawat malam di sebuah maskapai penerbangan, saya hanya disuruh tinggal nunjukin kode booking dan melakukan pembayaran. Namun karena saya terus terang agak-agak panik kalau harus naik pesawat malam, setibanya di bandara Juanda saya langsung menuju counter Citilink yang setahu saya sih melakukan 3-4x penerbangan ke kota kami, jadi kemungkinan besar ada pesawat siang.

Begitu tanya, “ada pesawat jam 2-an untuk hari ini?”. “Ada bu yang jam 14.15”, jawabnya. “Oke, saya ambil itu untuk 3 orang”…eh begitu bayar malah dapat harga yang jauh lebih murah daripada pesawat yang dibookingkan ayah…lumayan hemat babe, selisihnya bisa kita pakai beli oleh-oleh dan makan minum dulu nih anak-anak…hehe. Kami tiba di bandara sekitar jam 13.00, jadi kami hanya perlu menunggu kurang lebih 1 jam-an saja.

Makan minum dulu di Juanda, beli oleh-oleh…masuk. Check in, nunggu sebentar sudah disuruh boarding. Sesampainya si kota kami, kami kembali disambut hujan seperti halnya kala kami memulai petualangan ini di kota Jogjakarta. Makan dulu lagi di bandara kota kami sebelum pulang ke little house on the praire kami. Saat pergi, tarif taxi bandara masih 45rb, ketika pulang sudah naik 55rb. Di rumah, rumpun bayam dan cabe hasil semaian benih yang dibeli di salah satu retail toko hardware terkemuka yang saat kami pergi tumbuh rimbun hijau di taman belakang, namun ketika pulang kami dapati dalam kondisi kering kerontang meranggas…lama tidak terkena air…hiks…

Mengutip kata sulung saya…”banyak yang berubah selama kami menghilang di Jawa”. Seperti halnya perubahan pada diri bungsu saya yang biasanya dikit-dikit minta gendong, namun dalam petualangan kami kali ini kata sulung saya “sudah resmi jadi anggota team” hehe, sudah bisa diajak jalan jauh dengan fasilitas seadanya. Bagaimanapun, petualangan kali ini membuat duo krucils saya terlihat lebih mandiri. Begitu ayah pulang, pertanyaan pertama yang langsung ayah tanyakan ke krucils saya adalah “mau kemana lagi petualangan kalian selanjutnya?”…hadeuh, sedang capek yah, malas mikirnya….tunggu aja petualangan krucils berikutnya, dadakan lebih seru…hehehe 😀