Loksado – Kandangan, Kalsel

25 05 2009

Suatu ketika, suami saya akan off. Kami berencana liburan keluar kota. Ada beberapa pilihan tujuan, salah satunya adalah Loksado, sebuah tempat wisata yang berada di kandangan –kalsel, yang dari foto-foto yang berhasil saya himpun ( ceilee dihimpun, emang bilangan dihimpun..) tampaknya tempatnya pas banged ( pake d saking cocoknya, reds) sama jiwa petualangan kami, tempatnya sepi, full of hutan, asli bukan rekayasa genetic, menantang, dan ini dia…gak terlalu jauh dari kediaman kami yang asri dan mungil (halah…) di Balikpapan.

Dan ketika suami saya off, kamipun jalan ke tanjung Harapan- Samboja (baca postingan sebelumnya). Ketika pulang, dia pun berkata…gimana kalo kita besok ke Kalsel aja, cari-cari buah. Tentu saja ide ini langsung saya aminin…yiipppiiieee, Loksado I’m coming, akhirnya gak cuman liat fotonya aja tapi bisa melihat langsung…yiihaaa…duh senangnya.

Malamnya saya langsung menyiapkan segala sesuatu. Yang paling utama, apalagi kalo gak perlengkapan perang anak-anak. Bawa baju harus lebih banyak, gak mungkin bawa balita cuman berbekal ransel, tapi harus koper. Walo emak babenya seorang backpacker, tapi sejak punya anak namanya bukan backpacker lagi…tapi koperpacker…hehehe, budget tetap terbatas…tapi bawaan sekarang koper bukan ransel lagi. Baju ganti, baju cadangan kalo-kalo muntah, kalo-kalo basah, pampers, dot-dot, susu, makanan, minuman, cemilan anak-anak, belom lagi cemilan buat supir ( sang ayah yang selalu dalam setiap petualangan jadi supir) dan buat navigatornya (si bunda), serta kasur kecil dan bantal-bantal buat tidur anak-anak selama perjalanan di mobil, boneka-boneka, mainan, buku, senter…and many more yang gak bisa disebutin satu-satu karena menuh-menuhin tempat…hehehe.

Dan hari yang ditunggu pun tiba…dan selanjutnya akan saya bagi dalam beberapa segmen, berdasarkan hari.

DAY 1

Kami berangkat jam 10 pagi, terlalu siang untuk sebuah perjalanan jauh, tapi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Mempunyai dua balita harus benar-benar make it sure semua kebutuhan mereka sudah terpenuhi, mandi, sarapan, dan persiapan ulang, cek dan ricek itu penting dalam sebuah perjalanan jauh membawa kendaraan sendiri dan terlebih membawa dua balita.

Dari rumah, kami sempatkan dulu sarapan di bubur Pontianak dekat rumah. Setelah itu langsung menuju pelabuhan ferry Kariangau. Dengan membayar 127 rb, kami menunggu cukup lama untuk giliran menyebrang ke PPU (Panajam – Paser Utara), karena kapal bergantian bersandar. Saya bahkan sempat foto-foto dulu, yuk mare. Kapal ferry sih hanya memakan waktu sekitar 1 – 1,5 jam saja untuk menyebrang, namun ketika itu menunggu kapal giliran bersandar yang lama dan bikin bête.

Dan ketika akhirnya kapal bersandar, hari sudah siang, dan kami mulai kelaparan. Karena saya tidak pernah membawa bekal nasi dalam perjalanan, dan suami saya orang Indonesia asli yang menu wajibnya adalah nasi, maka begitu sampai di PPU, kami pun mulai-mulai bergirlya mencari tempat makan yang kira-kira enak, murah, dan tempatnya asyik. Dan selalu saja kelewat, dan karena kami tipe orang yang kuran suka memandang kebelakang apalagi harus memutar balik, (karena dalam perjalanan jauh, waktu sangat penting dan menentukan apakah anda akan kemalaman dihutan atau tidak) maka setelah semua tempat makan terlalui, kami baru benar-benar berhenti makan sekitar jam 4 sore di daerah Long Ikis, masih di wilayah Kalimantan Timur. Ketika itu kami makan ikan bawal bakar dan goreng seharga 60 rb (sebuah harga yang unbelievable untuk sebuah kota kecil).

Saya lupa urutan-urutan daerah yang dilewati, namun beberapa nama daerah yang saya ingat adalah PPU, Long Ikis, Waru, Long Kali, Muara Komam,Batu Sopang, dll. Setiap perbatasan daerah, ditandai dgn nama daerah sebelumnya yg di coret.

Kemudian akhirnya kami sampai di pertigaan yg cukup ramai, dimana menurut papan petunjuk jalan, lurus Tanah Grogot, belok kiri pelabuhan, ke kanan Banjarmasin. Kami pun diskusi sebentar – dgn pertimbangan hari sdh sore, sdh pegal, kalo meneruskan ke arah Banjarmasin akan masuk ke wilayah hutan yg pastinya tidak ada hotel untuk menginap, sedangkan kami membawa dua balita- kami memutuskan untuk mengambil jalan yg lurus, menuju ibukota Pasir yaitu Tanah Grogot. Dari pertigaan tersebut menuju Tanah Grogot sekitar 30 km, yg kami tempuh dalam waktu 1 jam. Kami sampai di Tanah Grogot sekitar jam 6 sore.

Tanah Grogot sebagai ibukota PPU cukup ramai, sehingga cukup banyak hotel utk tempat beristirahat. Hotel yg kami pilih adalah Hotel Bumi Pasir, yang memiliki dua jenis kamar, yaitu kamar superior seharga 285/malam dan kamar deluxe dengan harga sekitar 385rb/mlm. Setelah melihat dua jenis kamar tersebut, kami memutuskan mengambil kamar superior karena terdapat dua tempat tidur yg cukup besar untuk kami berempat, dibanding bila mengambil kamar deluxe yg hanya 1 tmp tidur. Secara umum, kamar hotel sangat bagus. Kamar besar dengan furniture yang cukup modern dan dilengkapi dengan ac dan tv serta kamar mandi modern, shower air panas/dingin, cukup memuaskan. Setelah membersihkan diri dan menghadap Allah untuk sholat, kami pun menyempatkan diri sebentar melihat-lihat kota Tanah grogot dikala malam, ya maksudnya sekalian cari makan.

Seperti halnya kota-kota di Kaltim, Tanah Grogot juga terletak dipinggiran sungai, yang entah apa nama sungai tersebut. Di pusat kota, yang tidak jauh dari Hotel, kami melihat sebuah plaza, yang ketika itu kami baca namanya Kandillo Plaza, tidak jauh dari plaza tersebut ada sebuah bangunan terbuka yang bentuknya mirip masjid dengan atap kubah, namun lebih terbuka…seperti lapangan. Mungkin disinilah tempat dilaksanakan sholat hari besar keagamaan. Dan didekat tempat itu terlihatlah sungai mengalir. Tepian sungai tampak tertata rapi, namun sayangnya tidak ada penerangan sama sekali, sehingga gelap gulita dan menjadikannya tidak menarik, padahal kami melihat banyak permainan anak di tepian sungai tersebut. Kami makan di warung emperan seberang tepian sungai tersebut, di sebuah warung seafood yang harganya kurang lebih sama dengan di Balikpapan. Dan wrap up… perjalanan hari pertama berakhir, time to sleep..mengumpulkan tenaga untuk esok hari.

DAY 2

Hari kedua, kami bangun pagi jam 7. Karena bawa kendaraan sendiri, anak-anak juga baru selesai mandi, dan karena kami juga merasa tidak perlu buru-buru, maka kami menyempatkan untuk sarapan di hotel. Ya sekalian supaya irit biaya juga hehehe… Menu sarapan yang tersaji di hotel terbagi dua jenis, hidangan eropa dan nusantara…ceile…hehe. Sarapan ala eropa tersaji roti, lengkap dengan toaster (jadi kalo mo roti panggang, silahkan manggang sendiri di alat yang tersedia 🙂 ) dan selai serta mentega. Sedangkan bila yang terbiasa sarapan pakai nasi, disediakan pula Nasi kuning dengan lauk ayam cabe, dan kering tempe. Sedangkan minuman yang tersedia ; teh, kopi dan sari jeruk. Setelah sarapan, dan tidak lupa pula menyuapin anak-anak, dan seperti biasa, memberi makan anak memerlukan waktu yang cukup lama, kami pun langsung check out dari hotel. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju kalsel, kami menyempatkan diri melihat-lihat dan terutama sekali mencari-cari lokasi buat berfoto-foto, yaa kapan lagi gak foto-foto, kalo malam gelap, hasilnya juga gak maksimal. Kembali kami menyusuri jalan yang malam sebelumnya kami lalui, kali ini tujuan langsung ke tepian sungai. Membiarkan anak-anak untuk bermain-main sebentar di tempat bermain anak-anak yang banyak tersedia di tepian sungai, sambil tidak lupa foto-foto..cheese 🙂

Baru sekitar jam 8.30 kami melanjutkan perjalanan. Kembali ke pertigaan sebelumnya, belok kiri arah Banjarmasin. Sekitar jam 10-an, kami pun sampai di Gunung Rambutan. Entah mengapa dinamakan Gunung Rambutan, mungkin dijaman dulu di tempat ini banyak tumbuh pohon rambutan, atau alasan lainnya…entahlah. Gunung Rambutan adalah suatu wilayah di atas bukit (saya menyebutnya bukit, karena di Kalimantan tidak ada gunung) yang terdapat air terjunnya. Dulu ketika saya kecil, air terjun ini airnya sangat deras dan indah, masih asri hanya berupa air terjun ditengah hutan. Namun sekarang, saya terkejut menjumpai keadaan yang sangat berbeda, dunia terus berputar disertai dengan perubahan-perubahannya, demikian pula yang dialamin oleh air terjun ini. Saat ini air terjun yang mengalir tidak sederas dulu lagi, mungkin ketika itu musim kemarau…(emang ada pengaruh gak?), lebih mirip tetesan air saja menurut saya. Bahkan terkesan kumuh, karena air terjun penuh dengan selang-selang yang tampaknya dimanfaatkan oleh warung-warung sekitar sebagai sumber air. Nah ini juga mengagetkan saya, dulu sama sekali tidak ada warung disekitar air terjun…hanya ada hutan-hutan, dan sekarang disekitar air terjun dipenuhi dengan warung-warung penjual makanan memberi kesan sembrawut, dan kotor lingkungan air terjun sehingga mengurangi keindahan air terjun itu sendiri.

Dimulai dari Gunung Rambutan, jalan akan sangat menyakitkan buat orang yang gampang mabuk. Jalan akan berkelok-kelok, mendaki dan menuruni bukit tidak henti-hentinya. Jalan yang dilalui kondisinya termasuk baik (bagi kami, yang sudah biasa menghadapi berbagai jenis jalan), umumnya jalan-jalan di wilayah Kaltim tergolong baik, namun memasuki wilayah perbatasan kalsel, jalan rusak parah. Bahkan ada beberapa ruas jalan yang aspalnya hilang tergantikan oleh tanah. Dan untungnya ketika itu kami melaluinya musim panas, sehingga not big deal…gak masalah melalui jalan tersebut. Mungkin kondisinya akan sedikit berbeda bila memasuki musim hujan…

Nah ini dia, selain warung-warung yang ada di Gunung rambutan, anda akan mulai sulit menemukan rumah makan. Warung yang sangat amat sederhana aja sulit, apalagi rumah makan/ restaurant buat anda yang gak biasa makan sembarangan. Karena pertimbangan anak-anak perlu istirahat dan makan siang, dan teruitama saya gak mau kejadian ke Derawan terulang lagi, gara-gara suami saya kelaparan. Maka tepat di perbatasan Kalsel-Kaltim, kami berhenti untuk makan siang di warung-warung kecil yang banyak terdapat tepat di perbatasan yang merupakan tempat pemberhentian truk-truk. Di areal perbatasan sebenarnya tempat yang bagus untuk foto-foto, ada gapura besar ucapan selamat datang di kalsel dan selamat jalan dari kaltim. Juga ada beberapa tempat peristirahatan berbentuk rumah dengan ukiran khas Kaltim, namun sayangnya lagi-lagi kurang terawat sehingga kesannya malah hanya tempat peristirahatan ala kadarnya.

Saran saya, bila anda menempuh perjalanan seperti yang kami lakukan, lebih baik anda membawa bekal makanan (makanan disini maksudnya nasi loh ya…) sebanyak-banyaknya di kota-kota besar seperti Tanah Grogot atau kota lainnya. Selain makanan susah didapat, kalo pun ada makanan hanya sekedarnya. Kalo cemilan-cemilan sih dimana-mana juga ada…cuman harganya siap-siap aja kalo sedikit lebih mahal J

Sekitar jam 13.00 kami akhirnya memasuki Tanjung, kalsel…kabupaten terdekat dengan wilayah Kaltim, yang merupakan rumah nenek saya. Namun untuk benar-benar masuk ke kota Tanjung masih sekitar 30 menit-1 jam lagi dari perempatan yang ada. Karena tujuan awal adalah ke Loksado, kami memutuskan langsung ke Loksado saja, baru pulang nanti disempatkan mampir ke rumah kakek saya (nenek saya sudah meninggal). Dari informasi yang kami dapat dari petugas pom bensin, jarak Tanjung ke Barabai sekitar 30km, Barabai-Kandangan 30km, Kandangan-Loksado 30km. Totalnya anggap aja 100km (kalo-kalo perhitungan petugas pom bensin salah), setelah dihitung-hitung…masih cukup waktu, oke let’s go.

Menurut info, kandangan-loksado 30 km, tapi kok lama bgt ya. mungkin karena efek psikologis, menuju ke suatu tmp rasanya selalu lebih lama daripada pulangnya. Di Kandangan kami beberapa kali berhenti untuk bertanya pada penduduk setempat arah Loksado, ketika itu kami hanya menemukan sebuah papan iklan tentang Loksado, yang kami kira disitulah letaknya. Namun papan iklan tersebut ternyata letaknya jauh dari jalan sebenarnya menuju Loksado…hihihi. Akhirnya kami bertemu pertigaan, yang ke arah kiri terdapat jalan baru, yang tampaknya baru diaspal dan dibikin. Okelah kalo begitu, setelah menyempatkan diri beli dodol kandangan yang terkenal kamipun meluncur menuju arah benar..yiiipppieee.

Jalan terlihat menuju ke arah pegunungan yang terlihat dikejauhan. Kayaknya kita dijalan yang benar nih, tapi semakin lama kok jalan jadi membingungkan gini, jalan berkelok-kelok dan dari arah yang ada nampaknya kembali lagi ke arah Kaltim…walah. Setelah dua kali berhenti untuk bertanya pada penduduk, memastikan jalan yang kami benar…kami pun jalan kembali. Hari sudah semakin sore, sementara tujuan belum muncul-muncul juga depan hidung..hehehe. Ketika kami sedang asik bercanda dengan anak-anak, ciiiiitttt…saya kaget banget…tepat dibelokan mobil tiba-tiba tidak terkendali. Bukannya berbelok mengikuti jalan yang ada, mobil malah berjalan lurus tak terkendali dan hamper masuk jurang !!! hiiiyyy…dan udara dingin segera menyergap, hari tepat menjelang magrib. Awalnya saya sempat marah ke suami saya, saya kira suami saya becandanya kelewatan, namun ternyata dia sama pucatnya dengan kami. Setelah turun dari mobil, kami baru tahu, ternyata ada masalah dengan setir. Setir mendadak tidak bisa berputar…halah, gimana iki tooo…

Tempat tersebut benar-benar sepi, dan hutan melulu. Dan ini dia yang menyeramkan, mobil kami posisinya menyilang ditengah jalan tempat seharusnya lalu lalang kendaraan dari arah sebaliknya. Kami pun buru-buru keluar dari mobil, gak mau kalo sampai ada mobil dari arah sebaliknya yang sdg ngebut di belokan tidak melihat mobil kami menabrak. Saya sempat panic, bagaimana ini, kami bawa dua balita, pemukiman penduduk sudah jauh dilewatin, sekarang full of hutan, kalopun kami bermalam dimobil, bagaimana dengan keamanannya? Posisi mobil sungguh berbahaya, dan mobil tanpa setir sama sekali tidak bisa digerakkan untuk ketepi mencari posisi yang lebih aman. Dan walaupun kami bawa tenda, namun mau mendirikan tenda dimana? Kanan kiri hutan, satu-satunya wilayah terbuka hanya dijalan raya…haiya…masa diriin tenda tengah jalan, selain itu amankah dari kriminalitas? Dan memperparah keadaan, no sinyal…oh no, mantap banget.

Beberapa kendaraan kami cegat untuk meminta pertolongan, ada sebuah mobil yang kami minta tolong untuk memberi kabar ke hotel di loksado agar menjemput kami, karena no sinyal didaerah kami berhenti. Setidaknya kami mengharapkan mobil tersebut walopun tidak menuju loksado untuk menelponkan hotel. Ketika itu dalam pikiran saya, hotel tentunya punya telp dan punya mobil buat menjemput para tamu. Namun ternyata perkiraan saya salah, cottage maupun Wisma di Loksado maupun Tanuhi tidak mempunyai kendaraan untuk menjemput para tamu seperti halnya hotel-hotel di kota besar. Wisma Loksado malah dikelola oleh seorang bapak-bapak saja.

Beberapa orang sangat baik memberi pertolongan, berhenti untuk memberi tanda-tanda disekitar mobil kami agar terlihat oleh kendaran-kendaraan yang lewat. Malah ada seorang bapak yang sedang akan pulang ke daerah batu licin, yang katanya sih masih jauh lagi, rela berhenti lama menemanin kami dan bahkan ikut mendorong mobil ketepi. Dan Allhamdulillah, ada seorang montir dari pemukiman terdekat yang menolong kami.

Dan saya serta anak-anak nebeng sebuah mobil pick up, yang tampaknya kalo siang sebagai angkot tujuan Loksado, namun malam hanya digunakan oleh pemiliknya pribadi. Nebeng mobil tersebut ke hotel di Loksado, terus terang walo kami duduk didepan, tapi tanpa ac dengan kondisi kaca terbuka penuh membuat saya masuk angin. Angin malam sangat dingin, mungkin karena sudah memasuki wilayah pegunungan, udara pegunungan yang dingin mulai terasa. Bila kaca ditutup, gerah…serba salah jadinya. Tapi namanya nebeng, no complain dong hihihi.

Sementara suami saya masih menunggu mobil yang sedang dibaiki oleh si montir, saya hanya bertiga bersama anak-anak saya ke wilayah yang sepenuhnya asing buat kami. Apalagi ketika akhirnya kami sampai, sudah gelap alias magrib lewat alias sudah malam. Ditolong bapak dan anaknya, kami diajak menyeberang sungai melalui dua jembatan gantung, yang bergoyang-goyang. Tiba dihotel, gelap dan sepi, tak tampak seorangpun tamu selain kami. Wadoooohhh, suamiku kok lama sih engkau.

Si bapak pengelola hotel rupanya baru selesai sholat, dia bertanya apakah kami ingin kamar diatas atau dibawah. Saya bilang, kamar terbaik..dia pun mengajak kami ke atas, ke kamar yang bersebelahan dengan sepasang bule dari prancis. Untunglah, ternyata ada juga tamu hotel, lebih tepat wisma. Wisma Loksado tarifnya 150/malam tanpa makan, dan ada kamar mandi di dalam yang airnya…brrrrr…diiinggiiin. Tanpa ac, karena udara loksado sendiri sudah dingin, dengan dua tempat tidur kami satukan supaya anak-anak yang tidurnya gak bisa diam, tidak jatuh. Kamarnya sendiri cukup luas, tanpa tv, dengan kamar menghadap belakang ke arah sungai dan jendela menghadap depan ke sungai amandit tepat dimulainya Bamboo Rafting.

Wisma Loksado satu-satunya penginapan yg ada di Loksado. Di Tanuhi ada sebuah cottage, letaknya kurang lebih 7km dari loksado, yang tarifnya sekitar 300rb/malam. Yang membedakan dua penginapan tersebut adalah tambahan ac dan tv saja. Bila wisma loksado berada di loksado pusat bamboo rafting, sedangkan cottage tanuhi berada di tanuhi, dekat dengan air terjun “kilat api”, jadi bila anda tertarik berbamboo rafting lebih praktis nginap di Loksado.

Loksado berada di bawah kaki gunung meratus, sehingga masih sejuk dan asri. Karena susah angkutan menuju kesana, wilayahnya masih asli. loksado dihuni oleh dua suku, yaitu suku banjar, dan suku dayak bukit. Loksado dibelah oleh sungai amandit yg banyak jeramnya, sehingga dijadikan andalan wisata arung jeram versi loksado, yg dinamakan bamboo rafting, yaitu arung jeram menggunakan rakit yg dibuat dari pilinan/jalinan bambu. Untuk mencapai loksado saya lihat cukup susah bila menggunakan angkutan umum. Angkutan umum hanya beroperasi jam 8 – 12 siang, andalan yg tersisa adalah ojek.

Ketika sedang asik mengobrol dengan si bapak pengelola hotel, tiba-tiba ada operator bamboo rafting mampir untuk memberi souvenir pada bule tetangga sebelah kamar. Kemudian kami pun ngobrol, si pengelola bamboo rafting menawarkan pada saya berbamboo rafting, dengan harga 200rb. Menurutnya Bamboo rafting harus dipesan dulu, minimal sehari sebelumnya, karena rakit bamboo harus dibuat dulu, bahan-bahannya harus dicari dulu, dan harus benar-benar kering dulu supaya aman. Saya mengiyakan, tapi saya katakan untuk menunggu suami saya dulu. Terus terang saya cemas banget dengan suami saya, kami seperti anak ayam tanpa induk…ciap..ciap..ciap…hehehe, dinegeri asing yang baru kami kunjungin ditengah hutan…oh no. Dan tiap di telp, tak ada sambungan sama sekali, ya iyalah…mobil kami kan berhenti di wilayah no sinyal. Akhirnya muncul juga si supir tercinta…yiha….petualangan sudah mulai bisa dinikmati nih….hehe.

Malam itu, tidak banyak yang kami lakukan, mau nonton gak ada tv, mau jalan-jalan sudah malam dan gelap, kami juga sudah tepar karena pengalaman mengerikan yang kami alamin sebelumnya. Akhirnya setelah mandi, kamipun bersiap-siap tidur, sementara suami saya mencari makan. Suami saya membawa nasi goreng ke kamar, dan karena sudah lelah dan kelaparan, kami makan juga walopun rasanya tidak pas di lidah. Dan wrap up…day 2 berakhir, kamipun tidur. Gud nite kids, have a nice dream…

DAY 3

Setelah istirahat yg cukup, keesokan harinya kami melihat-lihat di sekitar wisma. Ternyata tempat wisma berada sangat cantik karena berada di “pulau” ditengah-tengah sungai, Wisma dikelilingi oleh sungai. Sehingga untuk menuju wisma harus melalui jembatan gantung yg berayun-ayun bila dilewatin. Sungai Amandit di depan wisma sangat bagus, berbatu-batu dan berair jernih. Sayangnya wisma tidak menyediakan makan untuk tamunya, sehingga kami terpaksa mencari ke pasar Tanuhi (7km dr loksado).

Ditanuhi, kami menemukan warung kecil yg menjual masakan udang yg rasanya..maknyus. setelah memborong makanan yg ada diwarung itu, yg harganya cukup murah (50rb total semua borongan, yg terdiri udang, ikan, dan kue) kami bersiap utk…bamboo rafting. Teman kami si bule prancis sdh lebih dulu ber bamboo rafting…its fun katanya. Menurut kami??? woww…keren…sambil jerit-jeritan bila tersiram air di jeram, harus terbaset-baset terkena tanaman disekitar sungai. untuk sekali bamboo rafting, dipatok harga 200rb, yg memakan waktu sekitar 2-2,5 jam perjalanan menyusuri sungai amandit. Saat bamboo rafting, kita dapat melihat daerah-daerah yg masih asri, sungai-sungai berbatu dan air jernih, anak SD yg saat istirahat sekolah berenang disungai yg berada dibelakang sekolah, ibu-ibu yg mencuci atau org yg sdg menombak mencari ikan. Untungnya saat kami ber bamboo rafting, air tidak tinggi sehingga cukup aman membawa anak kecil.

Bamboo rafting berhenti di daerah Tanuhi. karena kami menginap di loksado, dan mobil juga ada di loksado, untuk kembali ke loksado kami naik ojek yg harganya 20rb/ojek. Di tanuhi sebenarnya ada wisata kolam air panas yg menurut pengelolanya saat kami datang, belum di bersihkan. dan ada air tejun “kilat api”. Mengingat kami naik ojek dan membawa anak (dua orang balita), kami memutuskan lgsg kembali ke wisma utk istirahat dan makan. Setelah anak-anak bangun tidur, sore hari kami ditawarin melihat air terjun “haratai”. Sayangnya hari sdh sore, dan tempatnya cukup jauh (7-8km dari loksado, dan harus memakai ojek karena mobil tidak bisa lewat). Akhirnya kami hanya melihat air terjun yg lebih kecil, namanya “riam hanai”, yg tempatnya penuh perjuangan utk mencapainya. setalah kurang lebih 2 km naik ojek, melewati pemukiman dayak bukit yg ada pigletnya, diteruskan jalan kaki menjelajah hutan dan mendaki batu-batu. Suami dan anak saya memutuskan kembali ke arah parkir ojek, hanya saya dan seorg tukang ojek yg menuju tmp tersebut. itupun saya hanya melihat dan mengambil foto dari jarak jauh. tempatnya cukup indah…tapi medannya berat. Penuh perjuangan, tetesan keringat dan darah (nyamuknya ganas-ganas), jatuh bangun dalam arti yang sebenarnya.

Satu hal yg saya sorotin di loksado adalah makanan. Makanan susah sekali mencarinya, ada beberapa warung makanan yg tersedia di sekitar wisma, namun rasanya tdk klop di lidah. Nasi goreng susah digambarkan,hanya warna merah yg menyala yg dominan, sdg bakso asin…ya mungkin krn tidak terbiasa dgn masakan lokal. Kalo ingin rasa yg lebih ada ada warung kecil di tanuhi yg menyediakan udang yg maknyus (menurut saya), namun jaraknya cukup jauh dr loksado, sekitar 7km. susah bagi yg tidak membawa kendaraan sendiri. Pengelola wisma dan cottage tidak menyediakan makanan, menurut mereka dimaksudkan agar dpt berbagi rejeki dan membangun masyarakat sekitar.

Dan malamnya wisma lebih semarak, karena sudah ada turis Arab yang membawa Syisa, sehingga rame-rame mengisapnya sambil ngobrol seru dan adu tantangan melewatin jembatan gantung di belakang wisma yang kondisinya parah…siapa berani? Ternyata pemenangnya suami saya dan bule Prancis, sementara orang Arab tersebut muter keliling…hehehe. Makan malam andalan apalagi kalo bukan nasi goreng yang ada, cuman itu yang ada, mau gak mau ditelan juga daripada kelaparan…bahkan bule prancis dan arab pun memakan makanan yang sama…hihihi.

Repotnya sejak pagi, orang tua saya menelpon…kemana katanya? Kok mereka ke Balikpapan pada menghilang, mana nih cucu-cucu kesayangan mereka. Saya salah tanggal, saya kira mereka tidak minggu-minggu itu ke Balikpapan, namun minggu depannya.

Akhirnya saya dan suami memutuskan, esok kami pulang…walo rasanya belum puas…masih banyak yang belom diliat nih. Dan malam itu kamipun mulai bersiap-siap pulang, ngepacking barang-bbarang lagi, sebagian dimasukkan mobil sehingga subuh nanti tidak terlalu repot lagi. Dan day3 pun berakhir, kami tidur dengan nyenyak…

DAY 4

Subuh-subuh sekali setelah sholat subuh, bahkan mataharipun belum terbit, kami pun memulai perjalanan pulang. Setelah membayar wisma 300rb (2hr), dan membayar ongkos parkir (mobil diparkir ditempat parkir di seberang hotel) kalo gak salah 20rb, kamipun memulai perjalanan pulang. Jalan Loksado kecil, berkelok-kelok dan turun naik bukit. Karena masih terlalu pagi, belum ada warung yang buka, sehingga kami baru sarapan di Kandangan. Di kandangan saya sempat histeris melihat warung sate itik. Ya sate itik adalah makanan Favorite saya, ketika kecil saya senang banget makan makanan ini, dank arena sate ini hanya terdapat di kalsel, dan sejak nenek saya meninggal saya sudah tidak pernah lagi ke kalsel, tentu kangen juga rasanya makan makanan yang satu ini. Rasanya? Maknyooosss, enak banget menurut saya.

Setelah makan 40 tusuk, dan membungkus 20 tusuk, kami pun ke Tanjung. Harganya kalo tidak salah sekitar 50 rb, atau kurang. Sebenarnya pusat dari sate itik ada di tanjung, namun hari itu kami tidak menemukannya. Sate itik adalah sate yang dibuat dari daging, kulit bahkan tulang itik (bebek). Papa saya suka sekali makan tulangnya, sedang saya lebih suka dagingnya…apa enaknya makan tulang? Hehehe, itu sih masalah selera sih, tapi suami saya yang orang sunda pun suka makanan yang satu ini. Hari itu kami menyempatkan diri mampir di Tanjung, bertemu dengan kakek saya dan sepupu-sepupu papa saya (papa saya anak tunggal, reds) serta mampir ke makam nenek saya. Sebenarnya kalo gak diburu-buru karena ada orang tua saya menunggu dirumah, rencananya kami dua hari di Loksado, satu hari di Tanjung, nginap berkangen-kangenan dulu. Tapi karena si cucu-cucu sudah ditunggu-tunggu di Balikpapan, maka perjalanan pun berlanjut.

Menjelang magrib kami sampai di Tanah grogot, dan menginap di hotel yang sama seperti akan berangkat. Saat tiba di hotel, kamar sdg penuh krn ada acara kapolda, penuh dgn polisi. Ada satu kamar yg baru saja kosong sehingga belum dibersihkan. mungkin ada yg bertanya, knp tidak ke hotel lain saja? di tanah grogot cukup banyak hotel mmg, tapi kami sdh terlanjur merasa hommy sama hotel yg satu ini, makanya rela menanti kamar dibersihkan. Daripada bete menunggu di lobby, kami menuju plaza yg kami lihat dari depan saat berangkat. tidak seperti bayangan kami akan sebuah plaza. Plaza ini lebih tepat disebut kumpulan toko-toko disbanding mall. Di lantai dasar berjejer salon-salon, kami kemudian memutuskan utk nyalon-nyalon dulu…berhubung sdg dekil dari perjalanan jauh. kembali ke hotel, kamar sdh siap…dan waktunya utk beristirahat.

Hotel ini menyediakan makan yg tidak terlalu mahal, kurang lebih sama dgn makan diluar hotel. Saat itu kami memesan teh hangat, jus jeruk, capcay dan mie goreng ( karena sdh malam, makanan pilihan makanan jd sedikit), harganya sekitar 66rb. Harga yg kurang lebih sama bila kita makan di emperan jalan di tanah grogot. selesai makan…waktunya tidur…zzzZzZZZZzz……

DAY 5

Setelah berleha-leha sejenak dihotel, saya menimbang utk berkeliling dl di tanah grogot, karena menurut baliho pariwisata di hotel, ada tempat-tempat seperti gua, arung jeram dsb di tanah grogot. Rasanya belum rela petualangan berakhir…hehehe. Namun setelah mencari informasi, ternyata tempatnya cukup jauh. kami pun memutuskan next time aja. sekitar jam 9 pagi, kami pun memulai perjalan lagi. Sambil membeli 5 kg sawo sebagai oleh-oleh di daerah Waru, kami sampai pelabuhan ferry saat yg tepat, yaitu saat kapal akan berangkat sehingga tidak perlu menunggu berlama-lama. Sekitar jam 3 sore, kami pun sampai di Balikpapan lagi.

Dan petualangan pun berakhir. Next time kita pasti berpetualang yang lebih seru ya anak-anakku.

PS : seorang pembaca menanyakan info tentang wisma Loksado, karena beberapa waktu saya tidak online via kompi, melainkan melalui Hp, sehingga agak ribet menambahkan info ini dalam blog. Dan baru sekaranglah ada kesempatan memasukkan info tersebut di sini.

Untuk Wisma Loksado, bisa dihubungi melalui marketing office JL.Hasan Basri No 9 Banjarmasin. Tlp (62) 81 351 915 880, atau langsung ke wisma di Loksadonya (62) 81 351 867 271. Informasi ini saya peroleh dari brosur Wisma Loksado yang saya simpan.


Actions

Information

11 responses

27 05 2009
Lomar Dasika

bener-bener petualangan banget yah? dari 5 hari, hanya satu hari dihabiskan di Loksadonya….tapi kayaknya yang seru itu jalan2nya daripada sampai di lokasi tujuannya yach? 😀 iya ngga? duh, jadi pensaran mau ke Kandangan, Tanah Grogot dan Tanjung 🙂

Like

24 07 2009
info-petualang

Cukup berbeda dengan perjalanan saya tahun 2005 lalu, bermalam toga hari di tenda, memasak dengan peralatan seadanya, bonus sinar bulan di malam hari di iringi alunan gitar. Semua larut dalam nuansa alam yang mendamaikan hati. meski cuma 1 hari menikmati air terjun haratai, tetam memberikan kepuasan dan kesan tersendiri !

salam anak indonesia

Like

25 07 2009
advanture

salam kenal juga…dan juga buat teman2 lainnya. maaf saya selama ini gak bisa reply coment kalian.

Like

22 12 2009
advanture

Hai…hai…yg butuh info ttg wisma loksado sdh saya posting di galeri foto – loksado kalsel ya…liat dikomentarnya. Maaf saya gak bs memasukkan info tersebut dlm postingan ini,krn beberapa hari ini saya gak bs online di kompi,sdg masukan postingan via Hp ribet…jd kalo bth info tersebut sementara bs diliat di my comment ya….tq sdh mampir

Like

2 03 2010
Kamal Ansyari

Tolong jaga dan lestarikan alam hutan Loksado dari penambang-penambang yang hanya menginginkan uang dan harta tanpa memikirkan kerusakan hutan nantinya.
Hutan ini adalah warisan untuk anak cucu kita di masa depan.

Like

17 05 2010
advanture

Iya betul, alam mmg harus dijaga karena kelangsungan hdp kita sgt bergantung pd alam. Tq sdh mampir

Like

24 05 2010
H. darsono

Sungguh suatu pengalaman yang bisa dijadikan petunjuk bagi yang akan mengunjungi daerag KalTim dan Kalsel, khususnya Kota Grogot dan Kandangan, Insya Alloh kami juga akan mengunjungi Kota kandangan dalam waktu dekat ini untuk mengunjungi anak yang bekerja disana TK

Like

25 05 2010
advanture

Terima kasih Pak sudah berkunjung

Like

17 09 2012
mhinan 97

sayang lho kalu ngk ke haratai,disana primadonanya loksado.

Like

17 09 2012
advanture

Iya, nyesel sih gak sempat…next time insyaAllah 😀

Like

18 11 2012
pasifo98

Reblogged this on amrillmartapuraa and commented:
Add your thoughts here… (optional)

Like

Leave a reply to info-petualang Cancel reply